ACEH - Kantor Unicef Perwakilan Aceh mendorong pemerintah provinsi dan kabupaten/kota terus melaksanakan program keberlanjutan pencegahan dan pengentasan malnutrisi pada anak.
Kepala Unicef Perwakilan Aceh Andi Yoga Tama mengatakan, penuntasan malnutrisi tidak hanya berhenti pada komitmen sektor kesehatan. Perlu peran multi sektoral dalam melaksanakan program tersebut.
"Pemerintah diharapkan dapat komitmen dalam mereplikasi dan memastikan keberlanjutan program," kata Andi dalam keterangan tertulis yang diterima di Banda Aceh, Antara, Kamis, 9 Desember.
Andi turut mengapresiasi kinerja, capaian dan inovasi Pemerintah Aceh serta delapan kabupaten/kota di dalam menanggulangi malnutrisi anak selama tiga tahun kerja sama berlangsung. “Kami berharap komitmen ini dapat berlanjut dan bahkan diikuti oleh banyak daerah lainnya. Unicef Indonesia terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai kota/kabupaten di Aceh,” ujarnya.
Dikatakannya, malnutrisi masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pemerintah Aceh. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Aceh berada pada angka 37.1 persen, tertinggi ketiga di Indonesia.
Andi menjelaskan, sejak 2019 Unicef Indonesia telah mendampingi delapan kabupaten/kota di Aceh, intervensi langsung dilakukan kepada Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Singkil, Sabang dan Simeulue. Kemudian, intervensi tidak langsung untuk Aceh Selatan, Gayo Lues, Nagan Raya dan Pidie, semua itu dilakukan sebagai upaya menekan angka kasus malnutrisi di Aceh.
"Intervensi dilakukan melalui peningkatan kapasitas, advokasi kebijakan, perencanaan dan penganggaran hingga pengawasan dan evaluasi di tingkat pemerintah kota/kabupaten hingga di level komunitas atau desa," katanya.
Sementara itu, Kabid Pengendalian Evaluasi dan Pembangunan Bappeda Aceh Reza Saputra menyatakan, kerja sama Pemerintah Aceh dengan Unicef Indonesia telah sejalan dengan target Pemerintah Aceh dalam RPJM Aceh 2017-2022.
BACA JUGA:
"Terutama mengenai target penurunan prevalensi stunting kurang dari 20 persen, serta menekan balita gizi buruk dari 2.6 persen menjadi 2.1 persen dan balita gizi kurang dari 14.1 persen menjadi 11.8 persen," katanya.
Reza berharap, terlaksananya pertemuan para pihak yang telah dilakukan diharapkan bisa memberikan pembelajaran tentang banyak hal. Termasuk upaya pertukaran pengalaman dan pengetahuan berbagai hal teknis, strategi dan pendekatan baru di setiap daerah.
“Komitmen serta koordinasi terhadap program yang berkelanjutan merupakan kunci dari keberhasilan program yang akan dilaksanakan,” tambahnya.