Bagikan:

JAKARTA - Hampir 3.000 anak terputus dari pengobatan malnutrisi akut sedang dan berat di Gaza selatan, Palestina, menempatkan mereka pada risiko kematian karena kekerasan dan pengungsian yang mengerikan, berdampak pada akses ke fasilitas dan layanan kesehatan.

Jumlah ini, berdasarkan laporan dari mitra gizi UNICEF, setara dengan sekitar tiga perempat dari 3.800 anak yang diperkirakan menerima perawatan penyelamatan nyawa di bagian selatan menjelang konflik yang meningkat di Rafah.

Risiko yang membayangi anak-anak yang lebih rentan jatuh sakit karena kekurangan gizi juga menjadi perhatian.

Meskipun ada sedikit peningkatan dalam pengiriman bantuan makanan ke utara, akses kemanusiaan di selatan telah menurun drastis. Hasil awal dari pemeriksaan malnutrisi baru-baru ini di wilayah tengah dan selatan Gaza menunjukkan, kasus malnutrisi sedang dan berat telah meningkat sejak minggu kedua bulan Mei, ketika pengiriman bantuan dan akses kemanusiaan secara signifikan dibatasi oleh eskalasi serangan Rafah.

"Gambar-gambar mengerikan terus bermunculan dari Gaza tentang anak-anak yang sekarat di depan mata keluarga mereka karena kurangnya makanan, pasokan nutrisi, dan hancurnya layanan kesehatan," kata Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Adele Khodr, melansir WAFA 12 Juni.

"Kecuali jika pengobatan dapat segera dilanjutkan untuk 3.000 anak ini, mereka berada dalam risiko langsung dan serius untuk jatuh sakit, mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, dan bergabung dengan daftar anak laki-laki dan perempuan yang terus bertambah yang telah terbunuh oleh perampasan yang tidak masuk akal dan dilakukan oleh manusia ini," urainya.

Risiko meningkatnya kasus malnutrisi terjadi pada saat yang sama ketika layanan perawatan malnutrisi runtuh. Saat ini hanya dua dari tiga pusat stablisasi di Jalur Gaza yang menangani anak-anak yang mengalami malnutrisi serius yang berfungsi. Sementara, rencana pembukaan pusat-pusat baru telah ditunda karena operasi militer yang sedang berlangsung di seluruh Jalur Gaza.

Diketahui, merawat anak yang mengalami malnutrisi akut biasanya membutuhkan waktu enam hingga delapan minggu tanpa gangguan, membutuhkan makanan terapi khusus, air bersih, dan dukungan medis lainnya.

Anak-anak yang kekurangan gizi memiliki risiko tinggi terkena penyakit dan masalah kesehatan lainnya karena terbatasnya akses ke air bersih, luapan limbah, kerusakan infrastruktur dan kurangnya barang-barang kebersihan.

"Peringatan kami tentang meningkatnya kematian anak akibat kombinasi malnutrisi, dehidrasi, dan penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, seharusnya memobilisasi tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa anak-anak, namun kehancuran ini terus berlanjut," jelas Khodr.

"Dengan rumah sakit yang hancur, perawatan yang terhenti, dan pasokan yang minim, kita bersiap-siap menghadapi lebih banyak lagi penderitaan dan kematian anak," tandasnya.