Bagikan:

JAKARTA - Pagi ini Senin, 6 Desember, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto meninjau lokasi terdampak awan panas guguran (APG) pascaerupsi Gunung Semeru melalui udara menggunakan helikopter BNPB.

Setelah helikopter terbang rendah, Suharnyanto melihat kerusakan di sepanjang daerah aliran lahar di Curah Kobokan. Material vulkanik Gunung Semeru menutupi permukaannya.

Beberapa vegetasi yang ada di sepanjang daerah ailran lahar di Curah Kobokan juga mengalami kerusakan dan banyak pohon yang tumbang dan mati.

Di lokasi lainnya, terdapat kerusakan jembatan Gladak Perak di Desa Curah Kobokan, sehingga memutus jalur darat antara Lumajang menuju Malang akibat terdampak awan panas guguran Gunung Semeru.

Visual lain yang didapatkan dari pantauan udara adalah kerusakan permukiman warga yang berada di sepanjang bantaran daerah aliran lahar di Curah Kobokan. Selain itu, beberapa titik di sepanjang aliran lahar itu juga masih muncul kepulan asap dari material awan panas guguran.

Sebagai informasi, Bupati Lumajang Thoriqul Haq menetapkan status tanggap darurat bencana dampak awan panas dan guguran Gunung Semeru selama 30 hari. Hal ini merespons bencana erupsi di Gunung Semeru yang terjadi sejak Sabtu, 4 Desember lalu

Berdasarkan data terkini yang dihimpun per tanggal 5 Desember pukul 17.30 WIB, jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Semeru sebanyak 14 orang.

Korban meninggal dunia teridentifikasi di dua kecamatan, yaitu 11 orang meninggal dunia di Kecamatan Pronojiwo, sedangkan 3 orang meninggal dunia di Kecamatan Candipuro.

Sementara, sedikitnya tercatat 56 orang mengalami luka-luka akibat erupsi Gunung Semeru. Sebanyak 35 di antaranya dirawat di rumah sakit.

Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang juga melaporkan sebanyak 5.205 jiwa terdampak kejadian sebaran awan panas guguran.