Ancam Jatuhkan Sanksi Jika Rusia Lakukan Invasi ke Ukraina, NATO: Mereka Tidak Transparan
Ilustrasi militer Rusia di perbatasan Ukraina. (Wikimedia Commons/Anton Holoborodko)

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan Rusia untuk tidak menggunakan kekuatan terhadap Ukraina pada Hari Rabu, mengatakan kepada Reuters jika Moskow tahu akan membayar harga tinggi melalui sanksi dan langkah-langkah lain oleh Barat untuk setiap agresi.

Ukraina, bekas republik Soviet yang sekarang bercita-cita untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO, telah menjadi titik nyala utama antara Rusia dan Barat ketika hubungan memburuk ke tingkat terburuk dalam tiga dekade sejak Perang Dingin berakhir.

"Kami semua menjelaskan dengan sangat jelas, akan ada harga tinggi yang harus dibayar dan, dan sanksi adalah salah satu opsinya," ujar Stoltenberg dalam sebuah wawancara di konferensi Reuters Next, seperti dikutip dari Reuters 2 Desember.

"Saya pikir cukup jelas bahwa Rusia sudah tahu bahwa mereka akan membayar harga yang lebih tinggi," tambah Stoltenberg.

Stoltenberg mengungkapkan, sanksi ekonomi baru terhadap Rusia, yang dapat diterapkan oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat bersama dengan Inggris dan Kanada, adalah salah satu alat yang ampuh.

Selain itu, Stoltenberg mengatakan sudah menjadi rahasia umum bahwa sekutu memberikan dukungan militer ke Ukraina dan ini bersifat defensif dan sejalan dengan kewajiban internasional semua sekutu. Ukraina dianggap sebagai mitra dekat NATO, tetapi belum menjadi anggota aliansi Barat yang beranggotakan 30 negara.

Sementara itu, Rusia mengatakan tidak berniat menginvasi Ukraina. Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia akan dipaksa untuk bertindak jika NATO pimpinan AS menempatkan rudal di Ukraina yang dapat menyerang Moskow dalam beberapa menit.

Stoltenberg menolak tuduhan aliansi itu memprovokasi Moskow dengan latihan militer di Laut Hitam, sebaliknya, menyalahkan Rusia karena menggunakan latihan militer sebagai penyamaran untuk menyerang negara-negara tetangga.

Berbeda dengan Rusia, NATO selalu mengikuti peraturan untuk mengundang pengamat asing ke latihannya, kata Stoltenberg, mantan Perdana Menteri Norwegia yang akan meninggalkan jabatan tertinggi NATO pada akhir tahun depan.

"Masalah dengan Rusia adalah, mereka tidak transparan, bahwa mereka memiliki retorika yang sangat agresif dan rekam jejak yang menunjukkan, mereka telah menggunakan latihan militer sebelumnya sebagai kedok untuk tindakan agresif terhadap tetangga," papar Stoltenberg.

Stoltenberg menambahkan, aliansi Barat bekerja erat untuk melindungi sekutu terhadap rudal baru China dan Rusia yang dapat mencapai Eropa juga Amerika Utara.

"Rusia, tetapi juga China, sekarang banyak berinvestasi dalam sistem berkemampuan nuklir yang dapat menjangkau semua negara NATO. Ini adalah sesuatu yang harus kita tangani dengan sangat serius," tandasnya, mengutip investasi Rusia dalam rudal jarak jauh, kecepatan tinggi dan dapat bermanuver.