Aktivis HAM, Natalius Pigai Sebut Puan Maharani Pemimpin Bersih
Ketua DPR RI, Puan Maharani. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai menyebut dua nama tokoh nasional sebagai pemimpin terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Kedua nama tersebut yaitu Puan Maharani dan Prabowo Subianto sangat pantas dan mumpuni menjadi pemimpin nasional tahun 2024 nanti.

"Saya melihat, ada 2 tokoh calon pemimpin Indonesia yang memiliki jam terbang dan rekam jejak yang baik. Keduanya, berada dalam pusat kekuasaan saat ini. Silahkan kalian memilih. Kalau saya jelas, saya tim sukses Prabowo pada pilpres tahun 2019 lalu," ungkap Natalius saat diskusi daring bertajuk Evaluasi 7 Tahun Kepemimpinan Jokowi bersama mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dikutip Minggu 28 November.

"Jadi kalau memilih ibu Puan Maharani boleh dan memilih Prabowo juga silakan," tuturnya.

Menurut mantan Komisioner Komnas HAM tersebut, baik Puan maupun Prabowo merupakan tokoh bersih dan genuin yang dibutuhkan bangsa ini.

"Kita butuh kekuatan nasionalis, patriotik dan bersih yang saya lihat ada dalam dua tokoh ini," ucapnya.

Tahun 2024 nanti kata dia menjadi tahun yang sangat menentukan bagi perjalanan bangsa Indonesia 5 tahun ke depan. Karena itu masyarakat diminta untuk memastikan betul rekam jejak calon sehingga tidak seperti memilih kucing dalam karung.

"Tahun 2024 adalah momentum bagi bangsa ini untuk maju sehingga jangan sampai salah memilih pemimpin. Jangan juga memilih calon pemimpin yang dimunculkan oleh kekuatan sosmed dengan dukungan sumber dana yang besar karena fakta sesungguhnya tidak punya prestasi apa-apa di RI," ucapnya melanjutkan.

Kata Natalius, calon yang dipoles atau diberi "lipstik" tidak memberi benefit apa-apa untuk bangsa ini.

"Makanya, harus teliti dalam memilih. Kalau kita memilih pemimpin kucing dalam karung, maka kita sendiri yang akan rugi," tegasnya.

Tugas masyarakat, termasuk mahasiswa kata dia melakukan riset tentang rekam jejak calon sehingga tidak salah memilih. Dia memberi contoh calon yang sudah punya masalah hukum dengan KPK dan tidak memiliki rekam jejak prestasi tentu tidak tepat dipilih jadi pemimpin.

"Ada yang sekarang ini mungkin karena rekayasa medsos jadi seolah-olah hebat padahal pernah juga dipanggil KPK. Artinya ini sudah bermasalah. Masyarakat jangan sampai terbuai oleh rekayasa medsos itu," pungkasnya.