Bagikan:

JAKARTA - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Arteria Dahlan menceritakan kronologi ibundanya dimaki-maki wanita tak dikenal yang mengklaim sebagai keluarga jenderal TNI bintang tiga. 

Semula, Arteria tak ingin mempersoalkan keributan tersebut. Hanya saja, video aksi marah-marah wanita tersebut diposting rekan satu komisinya Sahroni hingga akhirnya berbuntut panjang di media.

"DPR kan diajarkan bagaimana menghormati setiap institusi kenegaraan. Dari awal saya tidak mau membawa permasalahan ini menyangkut-nyangkut TNI, menyangkut-nyangkut yang lain. Karena memang saya lakukan dengan silent. Pada saat itu kan yang posting pak Roni (Sahroni) tanpa sepengetahuan saya. Artinya, dari awal memang konflik ini ingin saya lokalisir," ujar Arteria di gedung DPR, Senin, 22 November.

"Apalagi saya sangat menghormati Pak Panglima, adiknya itu mantan Kapolres saya, sudah kaya adik saya itu Pak Birawa. Kami menghormati juga Pak Dudung. Bayangkan baru dilantik ada permasalahan yang seperti ini, saya tidak mau lah. Tapi kan isunya sudah seperti ini, kalau sudah seperti ini kita harus lokalisir dengan cepat," lanjutnya.

Politikus PDIP itu berharap, persoalan ini jangan sampai menjadi polemik yang dimanfaatkan oleh banyak pihak. Arteria meminta Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD TNI Dudung Abdurachman untuk mengevaluasi masalah protokoler yang ada di Bandara Soekarno-Hatta.

"Saya kemarin dihadap-hadapkan sama yang namanya katanya protokoler dari pihak mereka, ternyata intel kodim pakai rambut panjang. Untung, orangnya tadinya tuh disuruh untuk menghajar saya tuh, kurus badannya. Akhirnya kan saya hadapin juga,' ada apa bang?'. Saya bilang, 'enggak, ini ibunya kurang pas kurang baik'. Jadi semua pengamanan protokoler bandara itu harus beratribut, kaya di DPR itu kan ada DPR RI, kalau ini protokoler bandara. Bayangkan kalau terjadi insiden kemarin kan orang nanti nyangkanya itu orang sipil, saya juga orang sipil. Kita kan gak tau, tiba-tiba dia bilang 'saya TNI' kan jadi repot. Itu yang pertama," papar legislator Jawa Timur itu. 

Kedua, Arteria meminta memutar CCTV dari awal. Dia ingin keributan ini clear karena wanita tersebut sudah mempertanggungjawabkan perilakunya di muka umum. Wanita itu disebut juga mengancam.

"Ngapain saya ribut, itu si ibu-ibu yang bicara seperti itu pun rakyat kita juga harus kita ayomi, kita bina dan kita perbaiki. Tapi sebelumnya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di mata hukum dulu, gitu. Buktikan bahwa anda ini memang bintang tiga. Buktikan anda ini siapa. Setelah dikejar kan katanya anak bintang tiga. Kalau anak bintang tiga, kok bisa nyuruh-nyuruh protokoler TNI. Saya saja, orang tua saja nggak bisa. Kok bisa menggunakan protokoler TNI di bandara, nyuruh-nyuruh semua orang. Mana Kapolres, mana siapa, lu nggak tahu siapa gue dan sebagainya. Awas lu ya, gue buat karir lu rusak, nama lu rusak, kena lu, mati lu, ada saksinya," terang Arteria.

Arteria mengatakan, sebelumnya dia tak memperkenalkan diri sebagai anggota dewan. Hanya saja, ketika wanita itu tahu dirinya anggota DPR justru kemarahannya semakin menjadi-jadi hingga menyebut ketua umum partai politik. 

"Lu nggak tahu siapa gue. Gue deket dengan ketum-ketum partai gitu loh. Yang seperti ini kan saya katakan ngeri banget lah," sambungnya.

Karena itu, Arteria ingin orang-orang arogan seperti itu bisa diperbaiki perilakunya.

"Ketiga, kita minta betul kan segala sesuatu ini kita punya adab dan etika. di TNI juga ada adab dan etika kami mohon nanti dilakukan penindakanlah, upaya korektif nggak mungkin lah, saya percaya sama Panglima dan Pak Dudung kita masih punya banyak perwira-perwira yang hebat-hebat. yang memang jiwanya merah putih gak seperti itu," kata Arteria.

"Saya ingin tanya juga itu istrinya apa bukan, walaupun saya kenal dan sebagainya. kalau istrinya kan bisa tolonglah jangan begitu diatur istrinya disabarkan. Kalau bukan istrinya saya nggak tahu bagaimana. beliau posisinya ada di mana, kalau bukan di kesatuan TNI lagi apa layak pakai mobil itu," lanjutnya.

Arteria berharap, wanita tersebut mengaku bila memang salah. Persoalan itu, kata dia, bisa diselesaikan baik-baik.

"Kalau salah ngaku salah saja. saya sampai di kantor polisi, polisi diatur sama mereka semua. Nanti kamu videoin semuanya ya disuruh-suruh orang sama dia. Ini pak Fadil, tolong juga ini. Saya minta tolong bang Fadil sub sektor bandara terminal dua, saya nggak dikasih masuk, yang dilayani mereka itu sebelum saya tahu anggota DPR. begitu sopir saya bilang bapak ini anggota DPR baru itu polisinya keluar, 'pak-pak mohon maaf kami nggak bisa menerima bapak karena ruangannya kecil'. Saya kan nggak mau ribut, nggak apa-apa layani dia dulu, dia rakyat kita juga, saya bilangin dia rakyat kita juga, sama ini saya bilang. Jadi begitu masalahnya," papar Arteria.