Bagikan:

Jakarta - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menginginkan Densus 88 dalam setiap aksinya menumpas teroris lebih mengedepankan cara humanis. Hal ini sesuai dengan falsafah Pancasila dalam kehidupan bernegara.

Misalnya, dalam menangkap teroris yang gerak geriknya sudah dipantau Densus. Menurut Anwar, cara ini keliru. Saat mengetahui seseorang terindikasi teroris, atau hendak melakukan aksi teror, Densus wajib mendekati pelaku untuk diajak berdialog. 

"Bagi saya Densus sudah mendeteksi ada orang yang punya paham terorisme dari dia akan terus sampai nanti ditangkap tapi bagi saya tidak begitu dalam mengurus negara. Kalau ada orang yang punya pandangan dimana bertentangan dengan Pancasila, ya dekatin, diajak berdiskusi, diajak berdialog sehingga akhirnya akan ada titik temu, emosionalitas (pelaku, red) mereka bisa menurun, radikalitas mereka bisa menurun," tegas Anwar dalam siaran Youtube @Realita TV dikutip Jumat, 19 November.

Namun dalam kenyataanya hal ini tidak dilakukan Densus 88. Bila menemukan seseorang terindikasi teroris, maka Densus akan memantaunya terus, diikuti kemudian digeledah dan ditangkap. Anwar tidak ingin kehidupan bernegara dilakukan seperti ini. 

"Jangan begitu dong, bukan memukul tapi merangkul, bukan membidik tapi mendidik. Saya kesal, ini seperti polisi di perempatan jalan bersembunyi. Mestinya dia berdiri di perempatan sehingga nampaklah oleh pengendara sehingga tidak mel;anggar rambu-rambu, tapi mereka bersembunyi. Begitu melanggar, ditangkap. Itu tidak benar, tidak etis," tegas Anwar.

Anwar menegaskan, baik polisi atau TNI wajib hukumnya hidup sesuai dengan ajaran Pancasila yang menjunjung tinggi ajaran agama, kemanusiaan hingga keadilan sosial. Jangan sampai dalam tugas-tugasnya, TNI-polisi jutru melupakan faktor penting tersebut. 

"Tentara dan polisi diajar dengan itu, mereka harus menguasai betul Pancasila. Dan Saya rasa tidak ada anggota Densus yang tidak hafal Pancasila, bagaimana diimplementasikan. Saya melihat banyak orang berdarah-darah, bagi saya timbul pertanyaan ini Pancasila-nya dimana," tegas Anwar.