Awas, Badan Kesehatan Bilang Penggunaan Antibiotik dan Antimikroba Selama Pandemi Tingkatkan Resistensi Bakteri
Ilustrasi perawatan pasien COVID-19. (Wikimedia Commons/Fars News Agency/Mohsen Atayi)

Bagikan:

JAKARTA - Terlalu sering menggunakan antibiotik dan obat antimikroba lainnya selama pandemi COVID-19, membantu bakteri mengembangkan resistensi yang akan membuat obat-obatan penting tidak efektif dari waktu ke waktu, Pan American Health Organization (PAHO) memperingatkan.

Beberapa negara di Amerika, termasuk Argentina, Uruguay, Ekuador, Guatemala dan Paraguay, melaporkan lonjakan deteksi infeksi yang resistan terhadap obat yang kemungkinan berkontribusi pada peningkatan kematian pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, kata badan kesehatan itu.

"Kami telah melihat penggunaan antimikroba meningkat ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan konsekuensi yang berpotensi serius," terang Direktur PAHO Carissa Etienne, mengutip Reuters 18 November.

"Kami berisiko kehilangan obat yang kami andalkan untuk mengobati infeksi umum," lanjutnya dalam konferensi pers virtual.

Antimikroba disalahgunakan di luar rumah sakit dan obat-obatan seperti ivermectin dan chloroquine digunakan sebagai pengobatan yang belum terbukti, bahkan dengan bukti kuat, mereka tidak bermanfaat bagi pasien COVID-19, katanya.

Penggunaan ivermectin dan chloroquine telah didorong secara aktif oleh beberapa otoritas di kawasan itu, seperti Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro di Brasil.

Data dari rumah sakit di wilayah tersebut menunjukkan, 90 persen hingga 100 persen pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit diberi antimikroba sebagai bagian dari perawatan mereka. Sementara hanya 7 persen dari mereka yang mengalami infeksi sekunder yang memerlukan penggunaan obat tersebut, terang Etienne.

Penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik yang berlebihan, telah lama dipandang sebagai ancaman potensial yang dapat menyebabkan munculnya apa yang disebut superbug dengan resistensi terhadap pengobatan yang ada, masalah yang diperburuk oleh pandemi.

"Sepanjang pandemi, kami telah menerima begitu saja kekuatan antimikroba," katanya, seraya menambahkan mungkin perlu berbulan-bulan atau bertahun-tahun, sebelum dampak penuh dari penyalahgunaan dan penggunaan yang berlebihan menjadi jelas.

Ada beberapa antibiotik baru di jaringan perusahaan obat, karena mereka cenderung jauh kurang menguntungkan daripada obat-obatan lain dan penggunaannya harus dibatasi agar tetap efektif.

"Sama seperti kami dapat menyalurkan kapasitas kolektif kami untuk mengembangkan diagnostik dan vaksin untuk COVID dalam waktu singkat, kami membutuhkan komitmen dan kolaborasi untuk mengembangkan antimikroba baru dan terjangkau," tukas Etienne.