Bagikan:

JAKARTA - Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah memaparkan analisis mingguan perkembangan kasus COVID-19. Sampai tanggal 2 Agustus, sebanyak 43,77 persen kabupaten/kota di Indonesia tak memiliki angka kematian.

"Sebanyak 225 dari total 514 kabupaten/kota ini tidak ada angka kematian akibat COVID-19," kata Dewi dalam diskusi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu, 5 Agustus.

Kemudian, ada 15,18 persen atau 78 kabupaten/kota yang memiliki kematian 1 orang, 28,6 persen atau 147 kabupaten/kota dengan kematian 2 sampai 10 orang, lalu 12,45 persen atau 64 kabupaten kota dengan kematian di atas 10 orang.

Dewi melanjutkan, Kota Surabaya memiliki angka kematian akubat COVID-19 tertinggi bila dibagi per 100 ribu penduduk, yakni sebanyak 26,78 per 100 ribu penduduk. 

Kemudian, daerah yang miliki angka kematian tertinggi lainnya adalah Kota Semarang dengan 19,59 kematian per 100 ribu penduduk, Kota Manado dengan 19,23 kematian per 10o ribu penduduk, dan Kota Banjarmasin dengan 18,66 per 100 ribu penduduk.

"Ini adalah alert bagi kita semua, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk melihat daerah-daerah mana yang memang perlu ada penanganan dan pengendalian diri COVID-19 dengan lebih bagus lagi agar mengurangi angka kematian yang ada di sana," tutur Dewi.

Sementara, daerah yang memiliki angka kematian paling rendah adalah Kabupaten Cianjur, dengan 0,04 kematian per 100 ribu penduduk. Lalu, Tasikmalaya dengan 0,06 kematian per 100 ribu penduduk, Pemalang dengan 0,07 kematian per 100 ribu penduduk, dan Serang dengan angka kematian 0,07 per 100 ribu penduduk.

Lebih lanjut, Dewi menyebut tren angka kematian sejak awal COVID-19 masuk ke Indonesia hingga berjalan 5 bulan sampai saat ini cenderung menurun.

Dewi menjelaskan, angka kematian awalnya naik dari 0 persen pada Maret, hingga mencapai angka yang cukup tinggi, yakni 9,34 persen kematian dari kasus COVID-19 pada saat itu. Pada Maret, rata-rata angka kematian mencapai 4,89 persen.

Pada April, angka kematian masih tinggi, dari angka terrendah 7,83 dan puncaknya 9,5 persen pada pertengahan April. Rata-rata angka kematian COVID-19 di bulan April sebesar 8,64 persen.

Kemudian, tren mulai menunjukkan penurunan pada Mei hingga saat ini. Rata-rata angka kematian pada Mei Sebesar 6,68 persen, Juli sebesar 5,56 persen, dan angka kematian per tanggal 4 Agustus menjadi 4,68 persen.

"Dari bulan Maret memang sempat tinggi. Di awal-awal, kita butuh tambahan Jumlah rumah sakit rujukan, jumlah SDM dokter, dan lain sebagainya. Ini sebuah pelajaran dari waktu ke waktu," tutur dia.