JAKARTA - Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Amiruddin menyebutkan, orangtua aktivis Veronica Koman masih mengalami trauma dan khawatir terkait teror ledakan yang terjadi di depan rumahnya di Jalan U, Jelambar Baru Gropet, Jakarta Barat.
Untuk menghindari teror susulan, Komnas HAM akan segera berkordinasi dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
"Nanti saya komunikasi dengan LPSK karena mereka yang punya sarana dan kewenangan. Nanti program perlindungan seperti apa, itu tugasnya LPSK," kata Amiruddin saat dihubungi VOI, Kamis 11 November.
Amiruddin mengatakan, pihaknya kemarin mendatangi rumah orangtua Veronica untuk memberikan semangat. Komnas HAM menunjukan rasa empati atas insiden teror ledakan itu.
"Kemarin tujuan untuk memberikan semangat pada orangtua Vero itu, karena dia sangat trauma dan khawatir. Dia merasa cemas lah, karena teror seperti itu bisa membahayakan dirinya," ujarnya.
BACA JUGA:
Komnas HAM pun berjanji akan terus memantau perkembangan penyelidikan yang dilakukan Polri.
"Komnas HAM akan terus memantau proses penyelidikan yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya. Pak Kapolda harus turun memberikan perhatian," katanya.
Hingga kini kasus teror ledakan itu masih ditangani Polres Metro Jakarta Barat.
"Tentu kita sudah komunikasi dengan polisi (Polrestro Jakbar), kita sudah sampaikan. Polda masih mendalami, kan banyak hal yang mesti mereka kumpulkan. Kita tunggu aja penyelidikan dan penyidikan kepolisian, mudah-mudahan bisa cepat," katanya.
Seperti diketahui, orang tua Veronica Koman sudah dua kali mendapat teror dari orang tak dikenal. Teror pertama terjadi pada 24 Oktober lalu, dimana teror itu berupa adanya bungkusan yang digantung di pagar rumah orangtua Veronica. Bungkusan itu kemudian terbakar. Teror kedua terjadi pada Minggu 7 Nobember, berupa benda diduga berisi bom dan meledak.