Bagikan:

JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengingatkan Tentara Nasional Indonesia perlu meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman biologis, termasuk di antaranya pandemi, karena itu dapat mengganggu stabilitas ketahanan nasional.

“TNI juga membutuhkan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman CBRNE (singkatan untuk kimiawi, biologis, radiologis, nuklir, dan bahan peledak, red),” kata Hadi Tjahjanto saat menghadiri upacara peletakan batu pertama RSAU Prof. Dr. Abdulrachman Saleh di Jakarta dikutip Antara, Selasa, 9 November.

Panglima TNI menyampaikan pandemi COVID-19 bukan ancaman CBRNE pertama yang dihadapi oleh Indonesia.

“Pada Januari 2018 kita dikejutkan dengan wabah campak yang terjadi di Kabupaten Asmat dan merenggut puluhan nyawa anak-anak dan ratusan lainnya harus dirawat, dan pada 2019 kita kembali dikejutkan dengan virus COVID-19 yang kemudian menyebabkan pandemi di seluruh dunia,” terang Panglima TNI.

Marsekal Hadi mengatakan dampak pandemi tidak hanya menyebabkan jutaan orang sakit dan ratusan di antaranya meninggal dunia, tetapi virus SARS-CoV-2 turut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.

“Saat puncaknya yang lalu, seluruh negara termasuk Indonesia mengalami kesulitan dalam menangani pasien yang membludak. Jumlah pasien yang mengalami kondisi kritis sangat banyak,” kata Hadi.

“Bahkan, industri kesehatan tidak mampu mencukupi kebutuhan alat kesehatan, oksigen, konsentrator oksigen, obat-obatan, APD, masker, vaksin, dan sebagainya. Ratusan tenaga kesehatan juga meninggal dunia,” terang dia.

Dengan demikian, pembangunan rumah sakit yang memiliki kapasitas merawat pasien saat wabah/pandemi jadi krusial.

Panglima menyampaikan rumah sakit infeksi merupakan salah satu ujung tombak menghadapi ancaman CBRNE, serta jadi garda terdepan menghadapi pandemi.

“Rumah Sakit TNI harus dapat menjawab kebutuhan seluruh prajurit TNI dan keluarganya. Setiap prajurit yang bertugas harus didukung dengan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan,” sebut Hadi Tjahjanto.

Terkait itu, pembangunan RSAU Prof. Dr. Abdulrachman Saleh merupakan salah satu cara TNI mengantisipasi ancaman CBRNE pada masa mendatang.

“Nama Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dipilih bukan tanpa alasan. Beliau adalah pionir dan tokoh TNI AU yang multitalenta, dokter sekaligus penerbang,” kata Panglima TNI.

”Semoga semangat juangnya beliau dapat mewarnai RSAU dan menjiwai semangat pengabdian seluruh tenaga kesehatan yang ditugaskan demi bangsa dan negara tercinta,” ujar Hadi Tjahjanto.

Dalam acara peletakan batu pertama, Panglima TNI didampingi oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dan Wakil Kasau Marsdya TNI A Gustaf Brugman.