Bali Harus Belajar dari Thailand Bila Ingin Pariwisata Bangkit
ILUSTRASI/DOK ANTARA/PANTAI MELASTI BADUNG BALI

Bagikan:

DENPASAR - Koordinator Kelompok Ahli Pembangunan Bidang Pariwisata, Bali, I.G.A.N Rai Surya Wijaya menekankan pentingnya upaya menarik wisatawan mancanegara (wisman) atau turis asing ke Bali tanpa karantina.

"Hal yang paling urgent yang harus kita perjuangkan saat ini, khususnya untuk dapat menarik wisatawan mancanegara untuk bisa datang ke Bali adalah, menghilangkan karantina," kata Surya Wijaya di Denpasar, Jumat, 5 November.

Menurutnya, saat ini syarat wisatawan mancanegara yang datang ke Bali wajib dikarantina selama 3 x 24 jam. Meskipun itu sudah jauh lebih baik dibanding karantina 8 hari atau 5 hari, akan tetapi tetap menjadi ganjalan bagi wisatawan untuk berlibur ke Bali. 

Sedangkan di luar negeri, salah satu negara yang telah menghapus karantina bagi pendatang adalah Thailand. 

"Kita harus belajar dari Thailand, kalau ingin pariwisata dan ekonomi Bali cepat bangkit," ujarnya.

Sementara, Plt Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan semua program pembangunan pariwisata Bali dilanjutkan. Khusus selama pandemi COVID-19, pariwisata Bali stagnan karena tidak adanya pergerakan turis asing ke Bali. 

"Maka dari itu pasca pandemi ini pariwisata Bali harus digarap dengan lebih serius lagi untuk menuju pariwisata budaya Bali berkualitas dan berkelanjutan," katanya.

Menurutnya membangun pariwisata budaya Bali ibarat membangun rumah dengan lima pilar, yaitu akademisi, bisnis, community, government dan media yang sering disingkat ABCGM. 

Kelima pilar ini harus sama-sama kuat dibarengi komitmen pemangku kepentingan.

"Begitu juga pariwisata Budaya Bali, jika kelima pilar ini sama-sama saling dukung dan memiliki tujuan yang sama untuk kemajuan kita bersama, maka pariwisata Bali pasti akan kuat, kokoh dan sudah tentu akan terwujud pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan," katanya.

Sementara itu, mantan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa menyampaikan ada beberapa pekerjaan rumah (PR) yang memang belum selesai salah satunya adalah pembangunan pariwisata digital yang harus dilanjutkan.

"Karena, program ini akan sangat mendukung pembangunan pariwisata budaya Bali yang berkualitas dan berkelanjutan, serta program-program lain yang tidak bisa dijalankan karena adanya Pademi COVID-19 selama hampir dua tahun," ujar Astawa.