Beda Pandangan Tim Owens dan Serj Tankian soal Kematian Soleimani
Tim 'Ripper' Owens (Twitter @TimRipperOwens)

Bagikan:

JAKARTA -  Mantan vokalis band metal Judas priest Tim "Ripper" Owens  menyatakan rasa terima kasihnya kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ucapan ini dilayangkan Owens setelah Trump mengizinkan pembunuhan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran Pasukan Quds.

Trump secara pribadi memerintahkan pembunuhan terhadap Soleimani melalui serangan udara. Jenderal top Iran tersebut dipandang Amerika Serikat sebagai pembunuh yang kejam. 

Sementara itu Ketua DPR Nancy Pelosi mengeluarkan pernyataan yang berbunyi, Trump memerintahkan serangan udara tanpa berkonsultasi dengan Kongres.

Setelah satu pengguna Twitter menunjukkan bahwa ratusan ribu orang Iran yang turun ke jalan-jalan Teheran untuk menghadiri pemakaman Soleimani pada hari Senin lebih banyak dibandingkan orang yang menghadiri pelantikan Trump - Owens bereaksi.

"Dan terima kasih tuhan 'Orang Itu' sudah Mati. Berharap mereka (Iran) menikmatinya." Owens juga menyertakan beberapa emoji bendera Amerika.

Owens - yang sering memberikan 'like' di Twitter sebagai dukungannya terhadap kebijakan Trump dan yang menghina Demokrat - mengatakan, Trump mungkin yang diperlukan Amerika untuk memajukan negara.  Ia juga mengklaim bahwa dirinya bukanlah seorang Demokrat atau Republik: "Saya berada di tengah," katanya.

Owens menjelaskan, dirinya tidak memilih Hillary Clinton pada pemilihan presiden AS tahun 2016 karena cara kubu Hillary mengenakan pajak kepada setiap orang tidak dia sukai.

Dia melanjutkan dengan mengatakan, Amerika memiliki delapan tahun yang benar-benar buruk di bawah Presiden Barack Obama dan berpendapat bahwa banyak orang Amerika hanya mencoba mencari tahu sesuatu selain dari apa yang (Obama) lakukan.

Mundur sedikit ke tahun 2012, Owens mengungkapkan dalam sebuah wawancara, dirinya memilih Mitt Romney dalam pemilihan presiden AS tahun itu.

Sementara itu sebelumnya, vokalis System Of A Down Serj Tankian menyiratkan bahwa perintah Trump terhadap pembunuhan Soleimani untuk mengalihkan perhatian publik dari proses pemakzulan.

Tankian berpandangan pada Jumat lalu, Trump hanya memikirkan masa depan politiknya sendiri ketika ia mengizinkan pembunuhan Soleimani.

"Sebulan sebelum persidangan pemakzulan di Senat dan pada tahun pemilihan Trump memerintahkan untuk membunuh seorang pemimpin Pengawal Revolusi Iran," tulis penyanyi itu. "Sebuah langkah yang dibuat (Bill) Clinton, membom Irak sebelum pemakzulan Senatnya. Kami mengatakan NO TO ANOTHER WAR!"

Pada 2011 dan 2012, Trump berulang kali menuduh Presiden Barack Obama mencari perang dengan Iran untuk membantu memenangkan pemilihan presiden 2012.

Selama masa jabatan keduanya, Obama berhasil menegosiasikan kesepakatan nuklir Iran yang membuat Iran menghentikan program nuklirnya dengan imbalan bantuan sanksi. Dua tahun lalu, Trump membatalkan perjanjian nuklir dan memperkenalkan sanksi baru.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada Jumat mengancam akan melakukan pembalasan kepada AS. Dikutip dari Reuters, Iran menembakkan lebih dari selusin rudal balistik dari wilayahnya ke arah setidaknya dua fasilitas milik Irak yang menampung personel koalisi yang dipimpin AS pada Rabu, 8 Januari dini hari.

Trump memberikan keterangan lewat akun Twitter pribadinya, penghitungan korban dan kerusakan dari serangan sedang dilakukan. 

"Semua baik-baik saja! Rudal diluncurkan dari Iran di dua pangkalan militer yang berlokasi di Irak. Penghitungan korban dan kerusakan sedang dilakukan sekarang. Sejauh ini baik! Sejauh ini, kita memiliki perlengkapan militer yang paling kuat dan lengkap di seluruh dunia! Saya akan membuat pernyataan besok pagi (waktu AS)," tulis Trump.