أنشرها:

JAKARTA - Aliando Syarief menandai berakhirnya masa vakum sekian lama dengan membintangi film Argantara. Pria yang akrab disapa Ali ini mencoba sesuatu yang berbeda dari apa yang kerap orang gambarkan tentangnya.

Setelah sekian lama, Aliando kembali dipercaya untuk menjadi pemeran utama. Di sini, ia berperan seagai Argantara, salah satu pentolan geng motor yang menjalani pernikahan dini dengan Syera yang diperankan Natasha Wilona.

Argantara ini film tunggal pertama dari keseluruhan film yang pernah dimainkan. Uniknya juga ini diperankan dalam kondisi yang sakit juga. Pertama, itu yang dipikirkan karena ada orang yang lagi sakit mental, berani main film yang riskan banget akan kekerasan,” begitu Aliando Syarief membuka sesi bincang bersama VOI sore itu.

Aliando Syarief (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Film Argantara menceritakan seorang pria bernama sama yang dijodohkan dengan teman sekolahnya di umur 18 tahun. Bukan hal mudah, Argantara juga mengalami konflik dengan sesama geng motor.

Aliando sendiri mengaku tidak punya bayangan apa pun ketika pertama kali mendengar Argantara. Meskipun novel ini sukses dalam bentuk digital dan fisik, namun semua itu baru diketahui sang aktor ketika ia bertanya kepada orang-orang di sekitarnya.

“Gue gak tahu (Argantara). Pas baca, gue gak ngerti Wattpad formatnya apa kayak naskah, screenplay, atau komik, novel, buku pelajaran. Formatnya unik ada dialog, ada cerita narasi, dialog. Pas gue lihat ada titik bintang love gitu di pinggirnya,” jelas Ali.

Aliando Syarief (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Sejak awal perbincangan, pria kelahiran 26 Oktober itu selalu yakin bahwa ia bisa tampil dengan baik. Itu juga yang membuat Ali sangat selektif dan terbuka dalam memilih proyek akting. Meski begitu, ia mengalami konflik ketika bergabung dengan produksi Argantara.

Karakter Argantara digambarkan sebagai pemimpin geng motor. Ia adalah sosok yang intimidatif dan cuek hingga bertemu seorang perempuan bernama Syera. Cerita ini sudah dibaca 49 juta kali di Wattpad.

“Benar banget. Ini banyak yang (nanyain) di media sosial. Banyak yang ngomong “Sebenarnya gak sesuai ekspektasi tapi ini bisa diterima” kata mereka. Style gue tetap menjadi diri gue. Melihat apa yang gue lihat. Argantara ini sosok yang patriotik, karena ada tekanan keluarga jadi begitu, menikah muda, masuk geng motor, rebel dan lainnya,” antusias Ali menceritakan karakter barunya.

“Di sini karakter Argantara cukup lucu, unik, dia rapi. Yah mungkin karena gue OCD. ada yang bilang “Ini geng motor apa. Rapi lucu gitu.” nah gue memang tidak menonjolkan secara fisik tapi secara semangat, mentalitas, keberanian yang gue kasih karena ini film tahun baru,” jelas Ali.

Lawan Stereotipe

Aliando Syarief (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Lewat karakter barunya, Aliando melawan sejumlah stereotipe yang hadir di sekitar masyarakat, salah satunya mengenai penampilan anggota geng motor. Ali memutuskan untuk tampil lebih rapi, berbeda dari penggambaran geng motor pada umumnya.

“Secara logis, ada orang yang rapi, rebel atau geng motor ada yang rapi dan justru itu lebih beringas. Dan itu hanya dihadirkan di Argantara. Sosok orang yang rapi, kaya, mau terjun ke dunia jalanan itu Argantara. Stereotipe ini kan (anggota geng motor) dibilangnya berantakan, bertato. Nah semua ini dibantahkan di Argantara,” jelasnya.

“Gak semua yang berantakan itu jahat. Yang rapi atau lucu bisa mengerikan. Karena psikopat ada satu jurus yang namanya superficial charming. Itu strategi yang dipakai untuk merayu korbannya untuk mengikat korban dengan lucu dan buat percaya kalo dia lucu, imut dan gak berbahaya,” ujar Ali yang mengaku mengambil sisi tersebut untuk karakternya.

Beruntungnya, Aliando Syarief dipertemukan dengan Guntur Soeharjanto dan Susilo Badar sebagai pemandu aktingnya. Selain diberikan ruang, Ali juga berkesempatan untuk mengembangkan karakter sesuai keinginannya.

“Gue dikasih leluasa sama pak Badar dan pak Guntur untuk eksplorasi Argantara. Walaupun kadang mereka juga suka rikues, tapi film yang stereotipenya series ini pengin kita bantah untuk dijadikan film,” katanya.

Stereotipe lainnya yang dibantah adalah pembicaraan publik yang seringkali dilihat oleh Ali. Ia menyadari ada banyak sentimen mengenai cerita Wattpad serta karakternya. Semua itu dihadapi Ali ketika dalam kondisi obsessive compulsive disorder (OCD).

Aliando Syarief (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

“Paling susah membantah kata-kata “alah paling” tapi balik lagi gue gak bisa total dengan Argantara karena penyakit ini pastinya mengganggu kadang hadir, kadang engga,” katanya.

“Yang dialami sebenarnya sedikit hopeless tadinya. Gue hopeless untuk buat film ya gue jamin akan tetap jadi filmnya. Tapi gue gak suka filmnya yang cuman “cuma”. Makanya gue kasih dialog yang gue punya bagaimana caranya gue wujudkan. Walaupun sulit,” jelas Ali.

Aktor kelahiran Jakarta itu juga merasakan ketika transisi sebagai aktor film. Tumbuh dari sinetron, Ali menyadari bahwa melawan stereotipe soal kariernya adalah hal sulit.

“Stereotipe yang paling susah dikendaliin. Yang paling beban itu stereotipe. Apalagi gak semua nonton Warkop (DKI Reborn), taunya gue sinetron. Jadi melawan itu kadang susah. Pasti. Itu susah,” katanya.

“Mengingat semua desain di Argantara maunya hasilnya gini. Walaupun pas ngomong kadang salah ngerti. Itu kadang suka mengganggu misalnya gue ingat by design tapi gue agak hipokrit. Pas mental illnessnya nyerang, gue kan mengalami brainwashing jadi pas ini muncul langsung (merasa) kayak munafik, gak konsisten,” lanjut Ali.

Stereotipe artis sinetron, kesehatan mental, dan cerita Argantara tidak membuat nyali Aliando menciut. Ia justru memberanikan diri untuk menempatkan diri dalam perannya. Belum lagi terkadang ia menerima cibiran dari orang-orang terdekatnya sendiri.

“Gue gak pernah mikir ini (Argantara) film Wattpad tapi gue juga mikir gue gak main sendiri. Banyak orang yang misalnya bergabung di sini dan berpikir paling hasilnya kayak serial. Apalagi gue distereotipein begini, gue main dengan siapa saja,” lanjutnya.

“Justru gue yang gak pernah komentar negatif dengan apa yang dia lakukan karena gue dulu paling sering dibully sama lingkungan. Gue punya circle yang itu tuh sering ngebully gue. Dengan semua kreatifitas yang ingin gue lakukan tapi ujungnya baik-baik juga,” tuturnya.

Aliando juga tidak pernah merendahkan naskah yang ia terima. Ia merasa seorang aktor harus bisa menjadikan setiap momentum dalam kariernya menjadi sebuah proyek yang mengesankan. Ia juga melakukan hal tersebut dengan Argantara.

Aliando Syarief (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

“Gue gak pernah masalah, mau main di webtoon kek, Wattpad kek mau temen gue bikin cerita, mau skenario anak SD, gue akan mainin jadi sebuah karya atau momentum. Bukan pemain utama tapi pemain pendukung, itu kadang susah untuk apalagi susah ngelawan ini kayaknya akan sulit karena beneran gak begitu suka sama orang nonton wattpad dan bisa jadi hasil negatif,” jelas Ali.

Tidak sendirian, Aliando Syarief juga merasakan stereotipe sebagai pemain sinetron bersama Natasha Wilona. Karena itu lewat film terbarunya, mereka berdua berusaha menjadikan Argantara bukan sesuatu yang terlihat seperti sinetron.

“Di sinetron sudah pernah satu judul sama Wilo. Stereotipe sinetron gue dan Wilo kencang banget apalagi sama supporting kayak kru dan orang-orang yang terlibat sinetron. Mungkin ada beberapa melihat gue di film jadi gak asing tapi yang jadi bahannya ketika gue dikawinin sama Wilo apakah akan jadi sinetron,” katanya.

“Ketika gue sama Wilo, treatment yang gue lakukan kayak ftv dulu. Jadi gue kan selalu harus total biar filmnya bagus karena akan jadi profil gue ketika ada fase yang beda yang membuat gue sama Wilo saat main sinetron gak sama kayak gini. Gue sama Badar juga setuju sama treatment ketika reading yang kita lakukan,”lanjut Ali.

Dua tahun berlalu, Aliando Syarief berusaha memberikan yang terbaik di tengah kondisi mentalnya yang kurang membaik. Anak kedua dari dua bersaudara ini meyakini bahwa ia terus menghadirkan sesuatu yang bermakna dari aktingnya.

“Insya Allah, itu kan perjuangan juga apalagi gue masih sakit, ini Wattpad yangg positif negatif jadi pengaruh buat gue dan paling itu sih. Sebenarnya bisa dibantah. Bisa cuman balik lagi pembawaannya. Gue yakin bisa membawa film Argantara dengan maksimal,” kata Aliando Syarief.

“Pastinya gue akan tetap terus membuat hal bagus yang enggak gitu-gitu aja tapi gak kertelaluan. Pastinya akan bagus dan terus maju,” katanya menutup perbincangan dengan VOI di hari itu.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)