Pemilik Newcastle Dikritik karena Sikapnya Terhadap Komunitas LGBTQ
JAKARTA - Pengambilalihan Newcastle United oleh Arab Saudi baru-baru ini tidak terjadi tanpa kontroversi. Pemilik baru klub Liga Premier itu dikritik keras karena catatan hak asasi manusia mereka.
Para sponsor Newcastle mendapat kritik keras karena mengabaikan fakta bahwa Saudi Public Investment Fund (PIF), yang telah membeli klub, memiliki rekam jejak yang buruk dalam masalah LGBTQ.
Bev Jackson, salah satu pendiri LGB Alliance, yang bekerja sama dengan Newcastle, telah memberikan pemikirannya tentang pengambilalihan tersebut.
"Hampir semua perusahaan saat ini berhati-hati untuk memoles kredensial lingkungan, sosial, dan tata kelola mereka," kata Jackson melansir MARCA, Senin, 1 November.
"Tetapi ketika mereka menutup mata terhadap homofobia, mereka mencemooh kepura-puraan menjadi warga korporat yang baik.
Baca juga:
- Salernitana Vs Napoli: Diwarnai Dua Kartu Merah, Partenopei Curi 3 Poin di Arechi
- Levante Vs Atletico Madrid: Los Rojiblancos Gagal Menang Lagi
- Ungkap Alasan Minamino Tak Dapat Menit Bermain Lebih, Klopp: Pemain Lain di Posisinya Tidak Cedera
- Garuda Muda Tak akan Beri Australia Bola Mati di Leg 2 Kualifikasi Piala Asia U-23
"Jika sebuah klub dimiliki oleh seorang rasis yang blak-blakan, sponsor akan berbondong-bondong pergi.
"Tampaknya perusahaan yang mensponsori klub dengan investor homofobia percaya bahwa mereka dapat hidup dengan homofobia."
Aliansi LBG telah mencap sponsor seperti Carling dan Pulman Volkswagen sebagai orang-orang munafik karena awalnya mengatakan bahwa mereka mendukung keragaman, tapi kemudian bekerja dengan sebuah klub yang memiliki "aliran uang yang berlumuran darah".
Mereka juga menyoroti fakta bahwa Mohamed bin Salman, ketua PIF, juga merupakan pemimpin negara yang telah mengkriminalisasi komunitas LBGTQ.
Dalam beberapa hari terakhir, Newcastle blak-blakan mendukung pesepak bola profesional Josh Cavallo, yang baru-baru ini mengaku sebagai gay.