Klaster COVID-19 Punya Positivity Rate Terbanyak Berada di Asrama

JAKARTA - Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah menyebut klaster COVID-19 di DKI Jakarta paling kentara memang berada di perkantoran dan pasar. Meski begitu, angka positivity rate atau jumlah hasil positif COVID-19 berdasarkan jumlah pemeriksaan paling banyak berada di klaster asrama. 

Dewi mencontohkan kasus penularan di klaster asrama Bethel, kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Dalam satu lingkup asrama, ditemukan ada 41 orang tertular COVID-19.

"Di asrama pendeta (Bethel, red) itu positivity rate-nya sampai 51 persen. Ini yang harus kita waspadai karena asrama itu tempatnya orang berkumpul satu waktu bersama-sama," kata Dewi dalam diskusi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu, 29 Juli.

Contoh klaster asrama yang miliki tingkat penularan besar juga pernah terjadi di Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD), Bandung, Jawa Barat. Klaster ini memiliki kasus COVID-19 sebanyak 1.280 orang. Kasus ini mengakibatkan angka reporoduksi di Jawa Barat sempat naik dari angka kurang dari 1 menjadi 1,73.

Sementara, pada klaster perkantoran saat ini mencapai 90 kantor yang sudah ditetapkan sebagai klaster dari total 78.932 kantor yang berada di Jakarta. 

Lalu, pada klaster pasar, positivity rate-nya juga tidak lebih tinggi dari klaster asrama. Dari 11.766 pedagang pasar yang diperiksa sampai saat ini, sebanyak 555 orang dinyatakan positif. Maka, positivity rate-nya sekitar 20 persen.

"Klaster pasar ini didapatkan dari hasil penelusuran kasus secara aktif (active case finding) yang dilakukan oleh jajaran Pemprov DKI," ucap Dewi.

Lebih lanjut, Dewi juga menyebut ada klaster penularan COVID-19 di tempat peribadatan. Saat ini, ada 3 kluster gereja yang miliki 29 kasus, 3 klaster masjid yang miliki 11 kasus, 1 klaster pesantren yang miliki 4 kasus, dan 1 klaster tahlilan yang miliki 29 kasus.

"Melihat data ini, jadi saya ingatkan kalau ada kegiatan sosial berkumpul bersama seperti arisan, kumpul ibu-ibu PKK, pengajian, tahlilan, harus dipastikan bahwa protokol kesehatan itu diterapkan," tutur Dewi.