Ukraina Sukses Hancurkan Artileri Separatis Pro-Rusia Pakai Drone Turki, Kremlin Singgung Ankara: Kacaukan Situasi
JAKARTA - Ukraina berhasil menghancurkan artileri separatis pro-Rusia di timur negara itu, dalam penugasan pertama pesawat serang tak berawak buatan Turki, sebut militer Ukraina.
Rekaman yang dipublikasikan di halaman Facebook angkatan bersenjata Ukraina menunjukkan, drone Bayraktar TB2k menargetkan dan menembak howitzer era Soviet yang diidentifikasi sebagai D-30 pasukan pro-Rusia.
"Bayraktar digunakan untuk memaksa musuh menghentikan tembakan. Setelah itu, penembakan posisi Ukraina berhenti," kata staf umum angkatan bersenjata Ukraina dalam sebuah pernyataan, mengutip The Moscow Times 27 Oktober.
Serangan pesawat tak berawak itu tidak menimbulkan korban militer atau sipil, kantor berita Rusia Interfax mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya di Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan sendiri dan dikuasai separatis, Rabu.
Serangan pesawat tak berawak hari Selasa adalah yang pertama, sejak Turki mengirimkan batch pertama drone Bayraktar TB2 ke Ukraina pada Bulan Juli.
Laporan media mengatakan, Kiev berencana untuk membeli sekitar 50 drone Bayraktar TB2, model unggulan yang telah digunakan dalam konflik melawan proxy Rusia di Suriah, Libya dan wilayah Nagorno-Karabakh di pusat perselisihan selama beberapa dekade antara Azerbaijan dan Armenia.
Ukraina dan Turki menandatangani memorandum pada akhir September untuk mendirikan pusat pelatihan dan pemeliharaan bersama untuk drone di Ukraina. Bulan ini, menteri luar negeri Ukraina mengatakan pihaknya berencana membangun pabrik untuk memproduksi drone Bayraktar di negara tersebut.
Sementara, penjualan drone ke Kiev menempatkan Ankara dalam posisi sulit, karena Turki juga bekerja sama di sektor pertahanan dengan Rusia, saingan Ukraina.
Terpisah, Rusia menyebut pengiriman pesawat tak berawak Turki ke Ukraina dapat mengacaukan situasi di jalur kontak di wilayah Donbass, menurut Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"Kami benar-benar memiliki hubungan khusus dan baik dengan Turki tetapi kasus ini, sayangnya, menegaskan kekhawatiran kami, pengiriman persenjataan semacam itu ke militer Ukraina, berpotensi mengganggu stabilitas situasi di jalur pertempuran," sebut Peskov seperti melansir TASS.
Baca juga:
- Kabar Gembira, Pakar Sebut Vaksin COVID-19 untuk Anak Usia 5-11 Tahun Kemungkinan Tersedia Bulan Depan
- Diplomat PBB Sebut Pemimpin Rezim Militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing Harus Diganti
- Menhan Annegret Kramp-Karrenbauer Singgung Senjata Nuklir, Kementerian Pertahanan Rusia Panggil Atase Jerman
- Kelompok Bersenjata Serang Masjid Nigeria saat Salat Subuh: 18 Tewas, 20 Luka-luka dan Lebih dari 10 Orang Diculik
"Kami melihat segera setelah persenjataan ini jatuh ke tangan militer, mereka berpotensi dapat digunakan di daerah itu di Ukraina dan ini hanya mengacaukan situasi," sambung Peskov.
"Ini tidak berkontribusi untuk menyelesaikan masalah intra-Ukraina ini," tegasnya.
Untuk diketahui, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengkonfirmasi pada 26 Oktober, militer telah menggunakan drone tempur Bayraktar Turki di daerah Donbass untuk pertama kalinya.