Ingin Go-Green, Microsoft Mulai Gunakan Bahan Bakar Hidrogen
JAKARTA - Emisi gas buang karbon saat ini memang tengah menjadi perbincangan serius bagi perusahaan dunia, termasuk di Amerika Serikat (AS). Menanggapi hal itu, Microsoft telah mengembangkan sel bahan bakar hidrogen sebagai energi alternatif.
Mengutip laman Engadget, perusahaan teknologi ini telah mengumumkan akan mendekati target 'carbon negatif' di tahun 2030. Di mana penggunaan sel bahan bakar hidrogen dapat menghasilkan energi 250kw yang cukup mengoperasikan pusat data center dan server Microsoft selama 48 jam berturut-turut.
Menurut Microsoft’s chief environmental officer, Lucas Joppa penggunaan bahan bakar hidrogen menjadi sumber daya alternatif dan ekonomis sebagai pengganti generator diesel. Sekalipun perusahaan ini hanya menggunakan bahan bakal diesel kurang dari 1 persen sebagai energi cadangannya.
Baca juga:
"Dan gagasan untuk menggunakan hidrogen hijau sangat sesuai dengan komitmen karbon kami secara keseluruhan," ungkapnya seperti dikutip dari keterangan pers Microsoft, Selasa, 28 Juli.
Diketahui, gagasan raksasa teknologi ini telah mengeskplorasi sel bahan bakar hidrogen sejak 2018, ketika para peneliti di National Renewable Energy Laboratory di Golden, CO menggunakan sel bahan bakar hidrogen pertukaran membran (PEM) proton untuk menyalakan perangkat komputer.
Hingga akhirnya insinyur infrastruktur dari Microsoft mengembangkan sistem sel bahan bakar menggunakan hidrogen. Hasilnya sel bahan bakar ini mampu menghasilkan energi listrik sebesar 250kw selama 48 jam yang kini digunakan untuk mengoperasikan server dan pusat data Microsoft di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat (AS).
Tim berencana untuk mengembangkan sel bahan bakar alternatif ini untuk bisa menghasilkan daya hingga listrik mencapai 3 megawatt, sehingga cocok digunakan sebagai generator cadangan. "Ada kemungkinan bahwa pusat data Azure dapat dilengkapi dan berjalan sepenuhnya pada sel bahan bakar hidrogen dan elektroliser yang mengubah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen," ungkap Monroe.
Diketahui, sistem ini dapat berintegrasi dengan jaringan tenaga listrik untuk menyediakan layanan energi alternatif. Selain itu, Microsoft juga menawarkan kemudahan bagi pemilik kendaraan bertenaga hidrogen, bisa datang ke pusat data untuk mengisi bahan bakar mobil mereka.
"Dengan terus mengembangkan teknologi bahan bakar hidrogen, Microsoft akhirnya bisa berfungsi sebagai model perusahaan untuk penggunaan sel bahan bakar hidrogen di tempat lain," imbuh Monroe.
Sebelumnya, inisiatif ini juga telah dilakukan oleh perusahaan retail Jeff Bezos yakni Amazon. Amazon mengumumkan akan memberikan sejumlah dana lewat program Amazon Climate Pledge.
Sekira 2 miliar dolar AS atau setara Rp28 triliun akan dihibahkan Amazon untuk membantu memajukan teknologi yang akan mengurangi gas rumah kaca. Dana ini akan membantu Amazon dan perusahaan lain mematuhi inisiatif The Climate Pledge yang dimulai pada September 2019 lalu. Janji untuk menjadi zero karbon pada 2040 mendatang.