JAKARTA - Tak sedikit perusahaan besar teknologi menaruh perhatian terhadap aksi unjuk rasa di Amerika Serikat (AS), terlebih soal isu rasisme. CEO Microsoft, Satya Nadella bahkan berjanji untuk memerangi isu ras di perusahaannya hingga menaikkan taraf kehidupan karyawannya.
Dalam e-mailnya yang ditulis kepada karyawannya, Nadella mengatakan bahwa ia merasa patah hati dan ikut merasakan kesedihan yang mendalam bagi kelompok masyarakat minoritas. Apalagi menurutnya orang dengan berbagai latar bekalang turut membantu mengembangkan Microsoft.
"Saya terus melanjutkan pemahaman dan empati saya berdasarkan tindakan yang saya ambil setiap harinya. Mendengar kabar rekan-rekan dan kolega yang berkulit hitam atau Afrika-Amerika, turut membantu saya mengambil tanggung jawab tentang realitas hak dan ketidakadilan ras yang saya lihad di dunia ini," tulis Nadella, seperti dikutip CNET, Senin, 8 Juni.
At this time, we will be using our platform to amplify voices from the Black and African American community at Microsoft. pic.twitter.com/EARaitd505
— Microsoft (@Microsoft) June 5, 2020
Nadella menjelaskan bagaimana Microsoft akan menguatkan hubungannya dengan kampus dan universitas untuk mempekerjakan orang berkulit hitam dengan beragam latar belakang. "Agar kita memiliki izin untuk meminta dunia berubah, kita harus berubah diri terlebih dahulu," kata Nadella.
Microsoft juga menyumbangkan USD 250 ribu masing-masing kepada organisasi seperti Black Lives Matter Foundation, Equal Justice Initiative, Innocence Project dan Minnesota Freedom Fund. Mereka juga akan menyamakan donasi pegawai yang menyumbang ke organisasi-organisasi tersebut.
Minneapolis is grieving for a reason. To paraphrase Dr. King, the negative peace which is the absence of tension is no substitute for the positive peace which is the presence of justice. Justice is how we heal.
— Tim Cook (@tim_cook) May 29, 2020
Pernyataan Nadella ini mengikuti apa yang disuarakan pemimpin perusahaan teknologi lainnya yang mengutuk keras isu rasisme. CEO Apple Tim Cook dan CEO Alphabet & Google Sundar Pichai juga menaruh perhatian yang sama terhadap perang melawan rasisme di AS dan tentunya di dalam budaya perusahaannya. Diketahui, hal ini muncul setelah kematian George Floyd.
Floyd merupakan seorang pria keturunan Afrika-Amerika berusia 46 tahun, dibunuh oleh seorang polisi Minneapolis pada 25 Mei. Video dari peristiwa itu seketika viral dan menjadi perhatian seluruh pelosok AS, selebriti dan juga raksasa teknologi.