Tajir Melintir, Badan Pangan PBB Sebut 2 Persen Kekayaan Elon Musk Bisa Selamatkan 42 Juta Orang dari Kelaparan
JAKARTA - Sekelompok kecil individu yang sangat kaya dapat membantu mengatasi kelaparan dunia hanya dengan sebagian kecil dari kekayaan bersih mereka, kata Direktur Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Miliarder perlu melangkah sekarang, satu kali saja," kata David Beasley dalam sebuah wawancara di CNN Connect the World, dengan mengutip secara khusus dua orang terkaya di dunia, Jeff Bezos dan Elon Musk seperti melansir CNN 27 Oktober.
"6 miliar Amerika Serikat (Rp85.082.400.000.000) untuk membantu 42 juta orang yang benar-benar akan mati jika kita tidak menjangkau mereka. Ini tidak rumit," tambahnya.
CEO Tesla Elon Musk ditaksir memiliki kekayaan bersih hampir 289 miliar miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp4.098.135.600.000.000, menurut Bloomberg, yang berarti Beasley meminta sumbangan hanya 2 persen dari kekayaan Musk.
Sementara, kekayaan bersih miliarder Negeri Paman Sam hampir dua kali lipat sejak pandemi dimulai, mencapai 5,04 triliun dolar Amerika Serikat pada Oktober, menurut kelompok progresif Institute for Policy Studies dan American for Tax Fairness.
"Badai sempurna dari beberapa krisis, seperti perubahan iklim dan pandemi COVID-19, berarti banyak negara "mengetuk pintu kelaparan," tukas Beasley.
Diketahui, setengah dari populasi Afghanistan, 22,8 juta orang, menghadapi krisis kelaparan akut, menurut laporan WFP yang dirilis Senin. Pengangguran yang merajalela dan krisis likuiditas membuat negara itu tertatih-tatih di ambang krisis kemanusiaan, dengan 3,2 juta anak di bawah usia lima tahun berisiko, laporan itu menyimpulkan.
Serangkaian laporan baru dari Pemerintahan Joe Biden mengeluarkan peringatan keras minggu lalu, efek perubahan iklim akan meluas dan akan menimbulkan masalah bagi setiap pemerintah.
Di antara laporan, administrasi merinci bagaimana perubahan iklim mendorong migrasi, pertama kalinya Pemerintah AS secara resmi mengakui hubungan antara perubahan iklim dan migrasi. WFP telah memperingatkan tentang gelombang gerakan ini di masa lalu, khususnya di wilayah 'Koridor Kering' di Amerika Tengah.
"Misalnya, ambil Amerika Serikat dan wilayah di Amerika Tengah, Koridor Kering, Guatemala, Honduras, El Salvador, dan Nikaragua, di daerah itu saja," terang Beasley Selasa.
"Kami memberi makan banyak orang di sana dan iklim berubah dengan badai dan banjir bandang. Itu menghancurkan," sambungnya.
Baca juga:
- Kabar Gembira, Pakar Sebut Vaksin COVID-19 untuk Anak Usia 5-11 Tahun Kemungkinan Tersedia Bulan Depan
- Diplomat PBB Sebut Pemimpin Rezim Militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing Harus Diganti
- Menhan Annegret Kramp-Karrenbauer Singgung Senjata Nuklir, Kementerian Pertahanan Rusia Panggil Atase Jerman
- Kelompok Bersenjata Serang Masjid Nigeria saat Salat Subuh: 18 Tewas, 20 Luka-luka dan Lebih dari 10 Orang Diculik
Adapun di Ethiopia, WFP memperkirakan 5,2 juta orang sangat membutuhkan bantuan makanan di wilayah Tigray, di mana Perdana Menteri Abiy Ahmed telah memimpin serangan besar-besaran terhadap Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) sejak tahun lalu. Ribuan warga sipil sejak itu terbunuh, sementara lebih dari 2 juta orang mengungsi.
Organisasi kemanusiaan seperti WFP telah berjuang untuk mendapatkan pasokan bagi mereka yang membutuhkan di wilayah tersebut, memperparah krisis.
"Saya tidak tahu dari mana mereka mendapatkan makanan itu. Kami kehabisan bahan bakar. Kami kehabisan uang tunai, dalam hal membayar orang-orang kami dan kami kehabisan uang dan kami tidak bisa memasukkan truk kami," pungkasnya.