Sukmawati Soekarnoputri, Pewaris Darah Seni Soekarno yang Suka Menari
JAKARTA - Selain piawai dalam politik, darah seni Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno tidak pernah diragukan. Kecintaan pada seni ini diwarisi oleh Sukmawati. Saat ini, Sukmawati lebih banyak berada di Bali untuk mengembangkan Studio Inspirasi bersama seniman Bali.
Sukmawati Soekarnoputri adalah adik Megawati Soekarnoputri dan Rachmawati Soekarnoputri. Wanita kelahiran Jakarta, 26 Oktober 1951 ini menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Rakyat pada tahun 1964. Kemudian setelah itu, dirinya melanjutkan sekolahnya ke Akademi Tari di LPKJ, Jakarta dan lulus tahun 1974.
Untuk mendalami tari, Sukmawati dititipkan Soekarno di keraton Solo. Akhirnya, Sukmawati Soekarnoputri dekat dan menikah dengan Putra Mahkota Puri Mangkunegara, yaitu Pangeran Sujiwa Kusuma yang kemudian dikenal sebagai Adipati Mangkunegara. Dari pernikahannya tersebut, Sukmawati dikaruniai 3 orang anak bernama GPH Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara, GRA Putri Agung Suniwati, dan Muhammad Putra Perwira Utama.
Sang suami naik tahta dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IX. Namun, tidak lama setelah itu mereka berdua memutuskan untuk berpisah.
Seperti trah Soekarno lainnya, Sukmawati juga melakukan kegiatan politik. Sukmawati Soekarnoputri membangkitkan kembali Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan nama PNI Soepeni pada tahun 1998. Partai tersebut berganti nama lagi menjadi PNI Marhaenisme, dan Sukmawati pun didapuk sebagai ketua umum pada tahun 2002.
Baca juga:
Sukmawati menuliskan kesaksian sejarah terkait kehidupannya selama 15 tahun di Istana Merdeka dalam sebuah buku bertajuk Creeping Coup D'Tat Mayjen Suharto.
Di dalam buku itu diceritakan tentang kehidupan Sukmawati sejak dilahirkan di Istana Merdeka saat sang ayah masih menjabat sebagai presiden, hingga usianya menginjak remaja. Sukmawati juga memberikan kesaksian bahwa Soeharto telah mengkudeta ayahnya pada tahun 1965-1967.
Menurutnya, saat itu Pangkostrad Mayjen Soeharto beserta anggota militer lainnya menggunakan Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk menggulingkan Presiden Soekarno dan mengantarkannya menjadi presiden. Sukmawati juga mengaku tidak akan memaafkan Soeharto karena telah melakukan pelanggaran HAM setelah peristiwa 1965 silam.
Menandai ulang tahun ke-70, Sukmawati akan menggelar upacara Sudhi Wadana pada 26 Oktober. Lewat upacara tersebut, Sukmawati meneguhkan keinginannya untuk memeluk agama Hindu.