Indonesia Mulai Pertimbangkan Penggunaan Energi Nuklir, Menteri ESDM Arifin Tasrif: Akan Dimulai di Tahun 2045

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan saat ini kebijakan energi global yang sedang berkembang adalah transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT), sebab EBT minim emisi dan ramah lingkungan. Peralihan energi ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengatasi isu-isu terkait akses energi, teknologi cerdas dan bersih, dan pembiayaan di sektor energi.

Untuk itu, Arifin mengatakan bahwa Indonesia telah menyiapkan peta jalan atau roadmap transisi energi menuju net zero emission (NZE) periode 2021 sampai 2060. Salah satunya dengan mengganti energi fosil ke nuklir.

"Salah satu strategi utama yang akan dilakukan antara lain yakni opsi penggunaan nuklir yang direncanakan akan dimulai di tahun 2045, dengan kapasitas hingga mencapai 35 Gigawatt (GW) di tahun 2060," katanya dalam webinar, Kamis, 21 Oktober.

Arifin mengatakan bahwa strategi lainnya di dalam peta jalan transisi energi adalah pengembangan energi baru terbarukan secara masif serta upaya retirement (pensiun) pembangkit listrik tenaga fosil yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan umur pembangkit.

"Atau bahkan bisa (pensiun) lebih cepat dengan mekanisme yang tepat," ujarnya.

Selain itu, Arifin mengatakan bahwa pemerintah juga akan berupaya mengoptimalkan pemanfaatan energy storage, seperti battery energy storage system dan lain sebagainya, secara bertahap mulai tahun 2031.

Kata Arifin, hal itu seiring dengan upaya lain berupa meningkatkan keandalan jaringan dengan membangun konektivitas di dalam maupun antarpulau, serta mengembangkan implementasi smart grid dan smart meter.

"Transformasi melalui substitusi penggunaan energi melalui intensifikasi kompor listrik dan pembangunan Jaringan Gas Rumah Tangga," katanya.

Tak hanya itu, kata Arifin di dalam peta jalan tersebut pemerintah juga mendorong penggunaan kendaraan listrik.

"Dengan target menghentikan penjualan motor konvensional di tahun 2040 dan mobil konvensional di tahun 2050, serta penyediaan transportasi umum yang lebih masif," jelasnya.