Sebut China Tak Beragama Usai Hapus Aplikasi Al-Qur'an, Doktor Refly Harun Dinilai Mirip Dukun Pecah Belah
JAKARTA - Cibiran keras datang dari pegiat media sosial Ferdinand Hutahaean pada Refly Harun. Perkara bermula dari pendapat pakar hukum tata negara ini soal China yang meminta Apple menghapus aplikasi membaca Al-Qur'an, Quran Majeed.
Refly mengeluarkan alarm tanda bahaya ke China karena mayoritas warganya tidak beragama. Selain itu, China juga dituding melakukan genosida terhadap etnis Uighur.
Bagi Ferdinand, seorang terpelajar seperti Refly bak dukun pemecah belah dengan pernyataan sempit seperti ini.
"Seorang terpelajar, sekolah tinggi, Doktor hukum, tapi berpendapat seperti dukun pemecah belah," sindir Ferdinand lewat akun Twitter-nya, @FerdinandHaean3 dikutip Selasa, 19 Oktober. Ferdinand menyebut Refly tidak memahami kesetaraan manusia dalam hukum.
"Cina ada yg beragama Budha, Kristen dan Islam. Mgp seorang Refly berpendapat sehina ini? Memalukan..!" terang mantan politisi Partai Demokrat ini.
Baca juga:
- FPI, Rizieq Shihab Dinilai Berbahaya, Refly Harun: Facebook Mirip Pemerintah Doyan Banned Suara Kritis
- Elektabilitas adalah Kunci! Refly Harun Minta Ganjar Jangan Mundur dari PDIP, Megawati Bisa Berubah
- Pemerintah Mau Pemilu 15 Mei 2024, Mahfud MD: Efisien Waktu dan Biaya Tanpa Langgar Agenda Konstitusional
- Masuk ke Gereja Kristen di Jayapura, Wapres Ma'ruf Tinjau Penerapan Prokes dan Beri Pesan Sejuk Ini
Pernyataan kontroversi Refly disampaikan lewat kanal Youtube @Refly Harun. Refly menananggapi pemberitaan soal China yang menyuruh Apple menghapus aplikasi membaca Al-Qur'an di App Store China.
"Luar biasa ya, hati-hati dengan China. Karena negara yang mayoritasnya tidak beragama, tapi persoalan lainnya adalah dia melakukan genosida terhadap etnis Uighur, yang merupakan etnis muslim di China," terang Refly.
Dari soal aplikasi ini, Refly kemudian menariknya ke hubungan dengan Indonesia. China, terang Refly, memiliki rekam jejak yang justru meminggirkan Islam.
"Bayangkan, kita paling hobi tuh bekerja sama dengan China yang punya track record justru meminggirkan islam. Jadi kalau China agak sentimen dengan Uighur ya mungkin saja. Karena banyak orang yang khawatir dengan muslim movement ini," tuturnya.