Menkes Budi Gunadi Yakin 59 Persen Masyarakat Terima 2 Dosis Vaksin COVID-19 di Akhir Tahun

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan 59 persen masyarakat di Tanah Air akan tervaksinasi lengkap dua dosis pada akhir tahun nanti. Apalagi, proses penyuntikan kini berjalan masif di seluruh daerah dan target 2 juta vaksin per hari kini telah tercapai.

"Sesuai arahan Bapak Presiden kita sudah menembus angka 2 juta vaksin per hari selama enam hari. Jadi di bulan September ini kita sudah menembus angka 2 juta yaitu tanggal 22-23 dan 29-30. Kemudian di Oktober kita menembus angka 2 juta pada 13-14 Oktober kemarin. Puncaknya 2,2 juta suntikan perhari," kata Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 18 Oktober.

Dengan kecepatan pemberian vaksin COVID-19 seperti sekarang ini, Menkes meyakini akan makin banyak masyarakat yang dapat menerima suntikan.

"Diperkirakan sampai akhir tahun kita bisa mencapai mendekati 300 juta suntikan dan 168 juta rakyat sudah bisa disuntik dari target 208 juta atau 80,5 persen bisa mendapatkan akses ke suntikan pertama dan untuk dosis kedua menyentuh angka 122 juta orang atau 59 persen dari target total populasi kita 208 juta orang," imbuh mantan Wakil Menteri BUMN tersebut.

Menkes memaparkan saat ini sudah ada 172 juta dosis vaksin COVID-19 yang telah disuntikkan atau 52 persen.

"108 juta rakyat sudah mendapatkan akses vaksinasi dosis pertama dan 63 juta sudah mendapatkan akses vaksinasi lengkap atau dua dosis," ungkapnya.

Meski begitu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap meminta agar pemberian vaksinasi dipercepat di sejumlah wilayah. Termasuk, wilayah yang akan melaksanakan kegiatan seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan menggelar ajang World Superbike pada 2022 mendatang.

"Arahan Bapak Presiden agar dipercepat terutama ibu kota provinsi yang masih rendah, yang masih ada kota yang padat penduduknya dan juga mau mengadakan acara besar seperti di Mandalika. (Daerah itu, red) supaya bisa kita percepat (pemberian vaksinasi COVID-19, red)," pungkasnya.