Gunakan Deepfake Aksi Pencurian di UEA Gondol 35 Juta Dolar
JAKARTA - Polisi di Uni Emirat Arab sedang menyelidiki kasus di mana AI diduga digunakan untuk mengkloning suara direktur perusahaan dan mencuri 35 juta dolar AS (Rp492 juta) dalam aksi pencurian besar-besaran.
Meskipun ini adalah kejahatan yang menakjubkan dan tidak biasa, ini bukan pertama kalinya para penipu menggunakan spoofing suara berbasis AI untuk melakukan pencurian yang berani.
Contoh sebelumnya dari teknologi semacam itu yang digunakan untuk penipuan serupa terjadi pada 2019, ketika penjahat di Inggris dikatakan telah menggunakan perangkat lunak deepfake untuk meniru suara CEO sebuah perusahaan energi untuk secara curang mentransfer sekitar 243.000 dolar AS.
Sementara kecerdasan buatan diharapkan membuka gelombang peluang di tahun-tahun mendatang, ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi juga sangat nyata.
Kehilangan pekerjaan yang didorong oleh otomatisasi sering dianggap sebagai masalah paling mendesak dengan AI, tetapi teknologi ini juga menimbulkan tantangan serius di bidang lain, termasuk ancaman privasi dengan penggunaan pengenalan wajah yang merajalela, serta audio dan video deepfake yang dibuat dengan memanipulasi suara dan keserupaan.
Sementara yang pertama cenderung mendapatkan perhatian di media arus utama, yang terakhir juga menimbulkan ancaman besar, seperti yang ditunjukkan dalam kasus penipuan ini.
Seperti dilansir Forbes, contoh terbaru dari manipulasi suara yang digunakan untuk penipuan terjadi di UEA pada awal 2020, ketika penjahat diduga menggunakan AI untuk mengkloning suara direktur perusahaan untuk meminta manajer bank mentransfer dana senilai 35 juta dolar AS untuk akuisisi.
Baca juga:
Manajer bank dengan sepatutnya melakukan transfer dengan percaya bahwa semuanya sah, hanya untuk kemudian menyadari bahwa itu adalah penipuan rumit yang dirancang oleh penjahat berteknologi tinggi. Ternyata, scammers telah menggunakan teknologi 'deep voice' untuk menipu manajer dan menipu bank dari jumlah besar.
UEA Meminta Bantuan Otoritas AS
Menurut dokumen pengadilan, para penyelidik di UEA sekarang mencari bantuan dari otoritas AS untuk melacak 400.000 dolar AS dana curian yang mereka yakini disimpan di rekening bank AS. Sisa dana diyakini disimpan di banyak bank berbeda dengan nama berbeda di berbagai negara di dunia. Menurut pihak berwenang UEA, setidaknya tujuh belas orang terlibat dalam skema tersebut, meskipun nama dan kewarganegaraan mereka tidak segera jelas.
Berbicara kepada Forbes, Jake Moore, seorang ahli di perusahaan keamanan siber ESET mengatakan bahwa teknologi 'deepfake' audio dan video dapat menjadi masalah nyata di tangan orang yang salah, karena deepfake menimbulkan "ancaman besar terhadap data, uang, dan bisnis." Moore juga menambahkan bahwa peningkatan jumlah bisnis cenderung menjadi korban penipuan audio deepfake realistis serupa di masa depan.