Platform Jasa Pengantar Makanan di China Didenda Rp7,6 triliun Gara-gara Paksa Pelapak Teken Kerja Sama Eksklusif
JAKARTA - Meituan, platform daring jasa pengantaran makanan papan atas di China, didenda sebesar 3,42 miliar yuan (Rp7,6 triliun) atas pelanggaran undang-undang antimonopoli.
Denda tersebut setara dengan 3 persen dari total pendapatan Meituan selama 2020 senilai 114,7 miliar yuan, menurut keputusan Badan Regulasi Pasar China (SAMR) di laman resminya dikutip Antara, Minggu, 10 Oktober.
Lembaga pengawas persaingan usaha itu mulai menyelidiki kasus tersebut pada April lalu. Mereka menemukan Meituan memaksa pelapak yang menjadi mitranya untuk menandatangani kesepakatan kerja sama secara eksklusif.
Perusahaan tersebut juga kedapatan melakukan sejumlah pelanggaran lain, seperti meminta mitra membayar deposit dan menyiasati teknologi berbasis data dan algoritma sehingga mitra tak diberi kesempatan untuk memilih platform selain Meituan.
Tindakan itu bisa melemahkan inovasi dan dinamika persaingan antarpenyedia jasa serta mengganggu kepentingan pedagang dan pelanggan, kata SAMR.
Baca juga:
- Stafsus Erick Thohir Sebut Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tambah Rp26,6 Triliun karena Berubah Desain
- Resmi Dipensiunkan, Dua Armada Pesawat Raksasa A380 Singapore Airlines Ditarik di Jalanan Umum untuk Dibongkar
- Promo Super Dahsyat PLN, Tambah Daya Listrik Cukup Bayar Rp201 Ribu
- Gudang Farmasi di RSAL Mintoharjo Benhil Ludes Dilalap Si Jago Merah, Ratusan APD Terbakar Tak Tersisa
SAMR memerintahkan Meituan untuk menghentikan segala praktik ilegal dan mengembalikan deposit senilai 1,29 miliar (Rp2,8 triliun) kepada para mitra.
Meituan juga disarankan untuk memperbaiki kesalahannya secara komprehensif, termasuk meningkatkan mekanisme pemberian komisi dan aturan algoritma, serta melindungi bisnis katering skala kecil dan menengah.
Perusahaan tersebut harus segera menyerahkan laporan perbaikan dalam tiga tahun ke depan, kata SAMR.