Dinilai Kurang Dikembangkan, Ekonom Faisal Basri Sedih Angkutan Laut Kian Turun Kapasitasnya: Kirim Barang Masih Mahal

JAKARTA - Indonesia merupakan negara maritim di mana laut seharusnya menjadi penghubung antar pulau-pulau di tanah air. Namun sayangnya, sektor transportasi laut dinilai kurang banyak dikembangkan. Padahal, lebih menguntungkan dibanding transportasi udara. Kondisi ini membuat biaya kirim barang masih sangat mahal di Indonesia.

Ekonom senior Indef Faisal Basri mengatakan jumlah angkutan laut di Indonesia kian hari makin sedikit. Di tahun 2010 kapasitas angkutan laut di Indonesia sebesar 8,96 persen, namun di 2020 jumlahnya turun menjadi 6,94 persen.

"Sedihnya kalau saya lihat, kalau saya boleh sedih angkutan laut ini kian hari kian turun," tuturnya dalam webinar, Jumat, 8 Oktober.

Faisal mengatakan bahwa penurunan kapasitas angkutan laut tersebut sangat disayangkan. Sebab, angkutan laut sangat dibutuhkan untuk distribusi barang ke seluruh wilayah di Indonesia khususnya daerah-daerah terpencil.

Dengan turunnya jumlah angkutan laut di Indonesia, kata Faisal, hal tersebut berdampak pada biaya logistik di Tanah Air. Menurut dia, biaya kirim barang menjadi sangat mahal.

"Angkutan udara ini selama ini naik ke luar biasa dari 15 persen, tahun 2010 menjadi 29 persen. Jadi kita ini bias udara, lautnya terbengkalai. Nah udara mengangkut manusia, angkutan laut mengangkut barang. Jadinya kita keteteran di barang, manusianya makin mobile, barangnya masih mahal kalau diangkut lewat laut," ucapnya.

Faisal mengatakan bahwa sektor angkutan laut justru sangat tahan dengan dampak pandemi COVID-19. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya jumlah angkutan laut. Di mana kapasitas angkutan laut dari Januari ke Juni 2021 jumlahnya naik dibanding 2020. Di tahun ini kapasitas angkutan laut mencapai 7,08 persen sementara di 2020 hanya 6,94 persen.

Menurut dia, hal ini menjadi bukti bisnis angkutan laut sebetulnya menguntungkan, bahkan jauh lebih menguntungkan daripada bisnis transportasi udara.

"Justru dia naik di era pandemi, jadi laut ini lebih tahan terhadap pandemi. Yang paling tidak tahan kereta api kelihatannya, kemudian angkutan udara," jelasnya.