Penyanderaan di Ukraina Berakhir dengan Presiden Penuhi Tuntutan Promosikan Film Joaquin Phoenix Earthlings
JAKARTA - Drama penyanderaan 13 orang di dalam sebuah bus di Lutsk, Ukraina Barat berakhir tanpa korban jiwa. Dinas Keamanan Negara (SBU) mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Maksym Krvosh.
Melansir CNA, Maksym telah ditangkap pada Selasa, 21 Juli. Dalam penyanderaan, Maksym sempat menahan 13 orang, sebelum kemudian melunak setelah berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy.
Usai berbicara dengan Zelenskiy, Maksym membebaskan tiga orang. Memanfaatkan kelengahan pria 44 tahun, petugas kepolisian berhasil meringkus Maksym sesaat setelah pembebasan.
Menurut catatan, Maksym adalah seorang ekstremis. Ia pernah dipenjara karena menyebarkan pandangan ekstremnya.
Dalam gambar yang dirilis SBU, terlihat Maksym tergeletak di tanah dengan personel kepolisian berdiri di atasnya. Gambar tersebut menunjukkan bagaimana polisi meringkus Maksym. 13 orang yang disandera dalam kondisi baik.
"Semua orang baik-baik saja," kata Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov dalam kicauannya di Twitter.
Kunci negosiasi
Usai drama penyanderaan itu, Zelenskiy berbicara kepada media soal apa yang ia sampaikan hingga Maksym bersedia melunak. Kata Zelenskiy, ia berjanji memenuhi tuntutan Maksym, yakni mempromosikan film dokumenter tentang hak asasi hewan berjudul Earthlings.
Bukan permintaan yang terlalu sulit dilakukan bagi Zelenskiy. Ia memenuhi janji kepada Maksym dengan mengunggah sebuah video berdurasi enam detik dari film yang dibintangi bintang pemenang Oscar, Joaquin Phoenix ke halaman Facebooknya.
"Semua orang harus menonton film Earthlings 2005," tulis Zelenskiy dalam keterangan video.
Tak lama sejak video itu diunggah, polisi mengepung dan meringkus Maksym. Zelenskiy pun menghapus unggahan itu.
Baca juga:
"Saya mengucapkan selamat kepada semua orang yang berjuang sepanjang hari untuk pembebasan orang-orang di Lutsk. Bahkan untuk nyawa mereka," kata Zelenskiy dalam sebuah pernyataan setelah para sandera dibebaskan.
Belakangan, penelusuran mendapati bagaimana Maksym sempat menyampaikan pernyataan di media sosial bahwa dirinya adalah teroris. Maksym bahkan mengancam akan meledakkan bom di pusat keramaian di Lutsk.