Kubu KLB Deli Serdang Kompak, Bantah Isu Pecah yang Dilontarkan Kubu AHY

JAKARTA - Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang menegaskan tak ada perpecahan di dalam tubuh partai yang dipimpin Moeldoko. Para kader pun kompak membantah bahwa Partai Demokrat kubu Moeldoko pecah menjadi tiga kelompok.

Hal ini sekaligus menjawab tudingan Kepala Bamkostra Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, yang menyebut kubu Moeldoko kini sudah tercerai berai. Dia mengatakan, Max Sopacua dan Nazaruddin tidak lagi bergabung bersama Moeldoko.

 

Tudingan itu disampaikan Herzaky dalam konferensi pers, Minggu, 3 Oktober. Herzaky awalnya memberi kesempatan untuk Moeldoko untuk memperbaiki sikap dan meminta maaf.

"Saat ini, semua kembali ke KSP Moeldoko. Beliau punya dua pilihan. Pertama, menghentikan semua ambisinya untuk mengambilalih Partai Demokrat. Mengakui kesalahannya. Meminta maaf kepada seluruh kader Partai Demokrat. Kami yakin, masih ada ruang perbaikan bagi siapapun manusia di muka bumi ini yang telah berbuat khilaf atau salah," kata Herzaky.

Herzaky lantas menyebut tim Moeldoko yang sudah tercerai berai. Dia menyebut Max Sopacua yang mundur hingga Nazaruddin keluar dari koalisi.

"Bukankah saat ini tim KSP Moeldoko pun sudah cerai-berai. Max Sopacua mundur teratur. Cornel Simbolon mundur. Nazaruddin pun sebagai salah satu investor keluar dari koalisi," ucapnya.

 

 

Kubu Moeldoko: Itu Hoaks!

 

Politikus senior Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang, Max Sopacua membantah pernyataan anak buah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut dirinya mundur dari partai pimpinan Moeldoko.

 

Bahkan, salah satu inisiator KLB Partai Demokrat itu pun menyatakan tidak akan mundur dari kubu Moeldoko. 

"Kok, gampang sekali mereka menyebut saya mengundurkan diri. Itu hoaks," ujar Max, Senin, 4 Oktober. 

 

Max Sopacua juga membantah tudingan Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra bahwa kubu Moeldoko sudah terpecah belah. Max menegaskan bahwa tuduhan tersebut juga merupakan sebuah tindakan nekat.

"Membuka sesuatu hal yang tidak benar di konferensi pers itu sudah nekat," tegasnya.

Max menilai, saat ini AHY dan anak buahnya sudah kehabisan bahan untuk menjatuhkan kubu Moeldoko, sehingga mencoba memecah dari dalam. 

"Mereka sudah buntu, sudah kepepet untuk mencari alasan apalagi untuk dikembangkan kepada masyarakat. Sudah tidak ada lagi jalan untuk mengembangkan sesuatu yang negatif," kata Max Sopacua.

 

"Ini akibat sudah kepepet, tidak ada lagi alasan yang bisa menyudutkan kami," tambahnya.

 

Sementara, Jurubicara Partai Demokrat kubu Moeldoko, Muhammad Rahmad, membantah kabar Nazaruddin keluar dari koalisi Moeldoko. Seperti apa yang disebutkan Partai Demokrat (PD) pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono.

 

"Tidak ada satupun petinggi DPP Demokrat KLB yang keluar," ujar Rahmad kepada VOI, Senin, 4 Oktober. 

 

Menurutnya, kabar keluarnya Nazaruddin keluar dari mulut orang mabuk sehingga tidak perlu percaya dengan informasi tersebut. 

 

"Kabar berita dari orang mabuk tak perlu dipercaya," katanya sembari tertawa.

 

Rahmad mengatakan, tudingan tersebut bahkan lebih buruk daripada bicara omong kosong. 

"Kalau masih ada pangkat di atas omong kosong, maka layak disandangkan ke yang bilang," kata Rahmad. 

Dia menambahkan, Nazaruddin masih aktif di dalam grup WhatsApp khusus KLB Deli Serdang. "Beliau aktif di grup WA khusus DPP KLB Deli Serdang," tambahnya.

 

Tim kuasa hukum Partai Demokrat Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang Rusdiansyah juga membantah tudingan kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut DPP Demokrat pimpinan Moeldoko terpecah belah jadi tiga. Rusdiansyah pun menyebut bahwa kubu AHY membuat kebohongan besar dan tipu daya. 
 

"AHY dengan para hulubalangnya telah membuat kebohongan besar dengan maksud tipu daya menyampaikan keterangan yang sesat dan menyesatkan bahwa tidak benar DPP Demokrat pimpinan Moeldoko terbagi tiga soal penunjukan pengacara," ujar Rusdiansyah dalam keterangannya, Senin, 4 Oktober. 

 

Rusdiansyah juga membantah bahwa kubu KLB Deli Serdang menunjuk Yusril Ihza Mahendra sebagai pengacara dalam menangani kasus sengketa dengan kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Faktanya DPP Partai Demokrat pimpinan Moeldoko hanya menunjuk kantor Hukum Rusdiansyah dan Partners sebagai kuasa hukum dalam sengketa kepengurusan Partai Demokrat dengan Menkumham dan tidak pernah menunjuk Prof Yusril Ihza Mahendra sebagai pengacara apalagi saudara Yosef Badeoda," jelasnya. 

 

Rusdiansyah mengatakan Moeldoko marah besar atas fitnah keji kubu AHY terkait pertemuan rahasia di kawasan Ampera, Jakarta Selatan. Menurutnya, tidak pernah ada pertemuan seperti yang dituduhkan Partai Demokrat kubu AHY. 

"Bahwa AHY dengan para hulubalangnya telah membuat fitnah yang keji terhadap diri saya dengan menebar fitnah keji dengan mengatakan bahwa Tim KSP (Kepala Staf Presiden) Moeldoko mengatur pertemuan rahasia di kawasan Ampera Jakarta Selatan dengan orang yang dipercaya bisa mengatur-atur hukum, tapi rencana rahasia ini bubar karena saya membocorkan pertemuan ini kepada pihak lain," paparnya.

"KSP Moeldoko marah besar mengetahui hal ini. Faktanya tidak pernah ada pertemuan yang dituduhkan, mereka telah membuat cerita bohong apalagi dikatakan Pak Moeldoko marah besar kepada saya karena faktanya sampai detik ini saya masih mendapat kepercayaan dari beliau menjadi kuasa hukum DPP Partai Demokrat Hasil KLB Sibolangit," sambungnya.

 

Rusdiansyah menyebut Partai Demokrat membuat cerita bohong apalagi mengatakan dirinya tidak lagi pengacara kubu Moeldoko.

"Bahwa tidak benar saya berbeda pendapat dengan senior Partai Demokrat Bapak H. Max Sopacua dkk, faktanya sampai detik ini saya masih berhubungan baik dengan beliau dan beliau tidak pernah mundur dari Demokrat pimpinan Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko, M.Si, untuk itu saya persilakan teman-teman media mengkonfirmasi kebenaran kebohongan serta fitnah yang keji ini ke Bapak H. Max Sopacua dkk bahkan Bapak Max sudah membuat bantahan atas kebohongan serta fitnah yang keji ini," katanya.