Meski Hidup Enggak Selalu Baik-Baik Saja, Ini 5 Alasan Penting Bersikap Optimis
JAKARTA – Sikap optimis didefinisikan dalam dua konsep. Pertama, kecenderungan untuk membangun harapan dan kedua, kecenderungan memercayai bahwa kita hidup di ‘yang terbaik dari semua kemungkinan’. Apakah Anda termasuk orang yang optimis meski hidup enggak selalu baik-baik saja? Cek alasan pentingnya bersikap optimis.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Clinical Practice and Epidemiology in Mental Health, menurut Peterson dan Seligman dalam buku Explanatory Style and Illness, optimis percaya bahwa peristiwa positif lebih stabil dan sering daripada yang negatif.
Seseorang yang berpikiran optimis menghindari masalah dalam kehidupan sehari-hari dan mencegahnya terjadi. Kemungkinan lebih jauh, mereka lebih bisa mengatasi situasi stres dibanding orang yang pesimis.
1. Optimisme berperan penting mengembangkan harapan
Sebuah studi yang dilakukan oleh Chang EC. Dan diterbitkan tahun 2007 menemukan korelasi antara optimism dan gejala depresi, serta optimism dan ide bunuh diri. Optimisme tampaknya berperan penting mengatasi rasa kehilangan harapan.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Van der Velden menambahkan alasan mengapa berpikiran optimis itu penting. Penelitian ini menunjukkan bahwa dibandingkan optimis, pesimis memupuk lebih sedikit harapan dan lebih berisiko mengalami gangguan depresi serta kecemasan.
2. Bersikap optimis memengaruhi kesehatan fisik
Sedikit sekali penelitian yang dipublikasikan dan diakses bebas yang meneliti mengenai optimisme dan pengaruhnya pada kesehatan fisik. Meskipun sebenarnya penelitian yang menelisik dua variabel tersebut banyak.
Temuan paling bisa dijadikan referensi adalah optimisme disposisional lebih sedikit berpotensi mengakibatkan kematian secara umum dan kematian kardiovaskular pada khususnya.
Ironson dan kawan-kawan dalam jurnal yang dipublikasikan dalam International Journal Behavioral Medicine menunjukkan bahwa optimisme disposisional sebagai strategi koping pasien yang menderita AIDS agar terhindari dari depresi.
Baca juga:
3. Bersikap optimis sebagai respon adaptif
Strategi koping mengacu pada mekanisme dan proses mental yang dilakukan oleh individu sebagai respon adaptif untuk mengurangi stres yang berasal dari situasi yang mengancam. Berbagai aspek positif dalam hubungan secara signifikan muncul ketika seseorang merasa optimis. Ketika membutuhkan, seseorang akan mencari dukungan sosial yang lebih menekankan aspek positif dari situasi stres.
4. Sikap optimis memengaruhi kualitas hidup dan adaptasi tujuan
Studi yang dilakukan oleh Wrosch dan Scheier membuktikan bahwa ada dua hal yang mampu memengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu optimisme dan adaptasi tujuan. Penelitian tersebut meneliti tentang pasien yang menjalani bypass aorta-koroner dan kondisi patologis yang parah lainnya.
Pasien yang optimis, ternyata menunjukkan perbaikan klinis ang lebih cepat selama masa rawat inap dan lebih cepat kembali ke rutinitas sehari-hari setelah keluar dari rumah sakit.
5. Optimis bisa membantu membangun persepsi tentang gaya hidup sehat
Secara signifikan, optimisme dapat memengaruhi kesejahteraan fisik dan membangun persepsi pada gaya hidup yang lebih sehat. Bahkan, dengan sikap optimis bisa membuat seseorang lebih adaptif dan mampu mengelaborasi informasi negatif sehingga memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang lebih besar.