'Debat Panas' Ahok dan Sabam Sirait, Pilih Dagang atau Dunia Politik
JAKARTA - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkap pernah 'berdebat' dengan pendiri PDIP Sabam Sirait. Perdebatan itu terjadi saat Ahok ingin terjun ke dunia politik.
Sabam Sirait meminta Ahok untuk memikirkan kembali keputusannya terjun ke dunia politik. Sabam Sirait meminta Ahok untuk fokus berdagang.
"'Kamu ngapain masuk politik kata belaiu'. Dagang aja lo, lebih baik duit katanya. Kalau masuk politik ngga ada duitnya," kata Ahok usai melayat ke rumah duka Sabam Sirait di Jakarta Selatan, Kamis, 30 September.
Kemudian, Sabam Sirait kata Ahok, terjun ke dunia politik tidak menjamin perekonomiannya membaik. Malah, di dunia politik akan menambah musuh baginya.
"'Kalau mau jujur susah ngga ada uangnya dan dimusuhin'. Kami kalau dagang bisa kaya. 'Lo kan punya bakat katanya'," kata Ahok menirukan Sabam Sirait.
Namun, Ahok tak patah arang dengan apa yang disampaikan Sabam Sirait. Tekadnya sudah bulat untuk terjun ke dunia politik. Rupanya, kata Ahok, apa yang disampaikan Sabam Sirait adalah bentuk ujian pada dirinya. Tentunya agar dirinya saat masuk dunia politik lebih kuat.
"Terus saya cerita, rupaya beliau ngetes saya. Lalau saya bilang, kalau kita jadi dagang kan bantu orang miskin terbatas. Satu miliar bagi Rp500 ribu, cuma dapat 2.000 orang. Tapi kalau kita di politik megang APBN bisa bantu semua orang punya jaminan kesehatan, pendidikan. Langsung beliau bilang yaudah mesti maju," kata Ahok.
Baca juga:
- Yasonna ke Maruarar Sirait: Iklhaskan Bang Sabam, Kita Diwarisi Politik itu Suci
- Siapa Sabam Sirait Sebenarnya, Politikus Senior PDIP yang Meninggal karena Penyakit Paru-Paru
- VIDEO: Kisah Persahabatan Mendiang Sabam Sirait dan Kakek Anies Baswedan
- Ketua Banggar DPR Said Abdullah, Pak Sabam Punya Tinta Emas dalam Perjalanan PDIP
Di sisi lain, Ahok juga menyatakan jika Sabam Sirait adalah panutannya di dunia politik. Sebab, dia tak hanya memberikan nasihat tapi juga contoh untuk terus maju meski mendapat berbagai tekanan.
"Saya inget pesannya itu, kalau mau ke politk ya fight ngga ada mundur. Itu aja prinsipnya," kata Ahok.
"Beliau bukan cuma ngomong tapi juga kasih contoh dan beliau bagi saya show case atau etalase untuk mempertontonkan sebuah kuasa transformasi ketika ada orang berkarakter tetap berdiri untuk kebenaran keadilan dan tentu kejujuran," sambungnya mengakhiri.
Sekilas tentang Sabam Sirait
Politisi senior PDI Perjuangan Sabam Sirait tutup usia pada Rabu ,29 September 2021. Sabam dilaporkan menderita penyakit paru-paru selama dua bulan terakhir. Berpulangnya Sabam meninggalkan duka mendalam kepada banyak politisi yang belajar darinya. Siapa Sabam Sirait sebenarnya? Berikut profil Sabam Sirait.
Salah satu kedukaan mendalam disampaikan oleh sesama politikus PDI Perjuangan Rahmad Handoyo. Ia mengaku kehilangan sosok senior sekaligus juga pendiri PDI Perjuangan.
"Tentu kita kehilangan tokoh sekaliber beliau, tokoh nasionalis, tokoh kebangsaan yang terus memberikan satu pengalaman kaitannya dengan kebangsaan nasionalisme," ujar Rahmad, mengutip artikel VOI berjudul Sabam Sirait Meninggal Dunia, Politikus PDIP: Kami Kehilangan Sosok Panutan.
Politisi PDI Perjuangan lainnya, Said Abdullah juga menyampaikan duka cita atas berpulangnya Sabam Sirait. Said mengungkapkan, Sabam adalah sosok senior teladan bagi para juniornya di partai berlambang banteng itu. Sabam memiliki tinta emas dalam perjalanan PDIP hingga menjadi parpol nomor satu di Indonesia.
Siapa Sabam Sirait?
Sabam Sirait adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ia lahir dari pasangan F.H. Sirait, salah seorang pendiri Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Julia Sibuea.
Sabam Sirait menikah dengan Sondang Sidabutar, dokter lulusan Universitas Sumatera Utara (USU). Dari pernikahan Sabam dan Sondang, keduanya memiliki empat anak.
Sabam Sirait menjabat sebagai Anggota DPD sejak 15 Januari 2018, menggantikan A.M. Fatwa, yang wafat pada Desember 2017. Sabam Sirait memiliki putra yang juga politisi PDI Perjuangan dan Anggota DPR RI, Maruarar Sirait.
Pada 1 Oktober 2019, Sabam menjadi pimpinan sementara MPR tertua untuk periode 2019–2024. Mengutip situs resmi DPD RI, Sabam memulai karier politiknya ketika kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada 1958.
Ia tertarik, "Karena melihat kekosongan setelah partai-partai dibubarkan Bung Karno." aktif sebagai ketua cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Jakarta. Selain itu, Sabam banyak terlibat dalam kegiatan organisasi politik.
Sebelum menjabat sebagai Sekjen DPP PDI, ia menjabat sebagai Sekjen DPP Parkindo. Sebelum Pemilu 1982,
Sabam menjadi anggota DPR-RI dengan jabatan Wakil Ketua Komisi II dan Wakil Ketua Badan Pekerja MPR-RI. Pada Pemilu 1987, Sabam tidak muluk-muluk saat membuat target untuk PDI.
Ia berkata "Pesta demokrasi hendaknya diselenggarakan sesuai dengan UU, luber, jujur dan adil, sesuai dengan demokrasi Pancasila."
Sejumlah posisi yang pernah digeluti oleh Sabam adalah; Pegawai Administrasi di SMA PSKD di Jakarta (1957–1958), Pegawai Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Jakarta (1958–1960), Anggota DPR GR / MPRS (1967–1971), Wakil Ketua Badan Pekerja DPR GR / MPRS (1971–1973), Anggota DPR RI Fraksi PDI (1973–1977), Anggota DPR RI Fraksi PDI (1977–1982), Angota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1983–1988), Angota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1988–1992), Anggota DPR RI Fraksi PDI (Wakil Ketua Komisi I DPR RI) (1992–1997), dan Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (1999–2004).
Sabam Sirait juga menjadi salah satu politisi yang mendukung Palestina. Pada 2010, Sabam Sirait mengikuti aksi damai yang diselenggarakan PKS di pelataran Monas untuk menyampaikan dukungan terhadap Palestina.
Sabam tergabung dalam Kaukus Dukung Palestina. Ia menyampaikan orasi dengan mengajak kader-kader PDI Perjuangan dalam menolak rencana perubuhan Masjid Al Aqhsa oleh Israel saat itu.
"Saya usulkan Anggota DPRD di sini tolong ajak anggota DPRD dari PDI-P besok untuk bikin aksi untuk Palestina," kata Sabam, dikutip dari Kompas.
Sabam saat itu juga mengusulkan pemberian nama Palestina untuk salah satu jalan di Jakarta. Sabam berpendapat, dukungan kepada Palestina harus terus diserukan untuk mengupayakan perdamaian.
"Palestina belum memiliki kedaulatan nasional. Israel sesukanya buat pagar sehingga enggak bisa dimasuki Palestina. Kalau kita politik bebas aktif harus dibuktikan pemerintah kita," tambahnya.
Pada 2015, Sabam Sirait diberi anugerah sebagai Bapak Demokrasi Bangsa. Anugerah tersebut diberikan atas dasar perjuangan Sabam dalam menegakkan demokrasi di Indonesia. Sabam dikenal melalui jalan panjang untuk menegakkan demokrasi di Tanah Air.