Sektor Pariwisata Masih Memprihatinkan, Sandiaga Uno: Kunjungan Wisatawan Mancanegara Cuma 937 Ribu di 2021
JAKARTA - Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu yang paling terdampak pandemi COVID-19. Saat ini, kondisi sektor parekraf di Indonesia masih sangat memprihatinkan, terutama dalam aspek kunjungan turis atau wisatawan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan baik wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) sama-sama mengalami penurunan di tahun ini.
"Kondisi pariwisata dan ekonomi kreatif masih dalam tahap pemulihan. Indonesia pariwisata dan ekonomi kreatif mengalami kontraksi yang sangat hebat," tuturnya dalam acara Rakornas Parekraf Tahun 2021 dengan tema 'Pemulihan dan Pertumbuhan Sektor Parekraf' secara daring, Senin, 27 September.
Berdasarkan data Kemenparekraf, kunjungan wisman pada 2019 atau sebelum terjadi COVID-19 sebanyak 16,11 juta orang. Sementara, pada 2020 di masa pandemi merebak, kunjungan wisman turun 75 persen menjadi 4,05 juta orang akibat COVID.
Namun, kata Sandi, kondisi lebih memprihatinkan terjadi di tahun 2021. Menurut dia, hingga Juli tercatat hanya 937,75 ribu kunjungan wisman.
"Dan belum menunjukkan perbaikan," ucapnya.
Sementara itu, kata Sandiaga, jumlah wisnus pada 2020 diestimasi sebanyak 198 juta perjalanan atau turun 29,7 persen dibandingkan angka wisnus BPS 2019 yaitu 282.925.854 perjalanan.
Adapun, kata Sandiaga, untuk aktivitas wisnus sampai Juni 2021 sudah membaik. Namun, belum maksimal karena adanya kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat yang dikeluarkan pemerintah.
Baca juga:
"Namun kembali tertahan oleh kebijakan pembatasan mobilitas akibat melonjaknya kasus COVID-19," ujarnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan akibat turunnya kunjungan wisatawan baik mancanegara ataupun nusantara, menyebabkan penurunan tenaga kerja pariwisata sebesar 6,67 persen pada 2020 jika dibandingkan 2019 yaitu sebesar 14,96 juta jiwa.
"Hampir 2 juta lapangan kerja terancam kehilangan mata pencaharian di tengah pandemi dan tantangan," ucapnya.
Devisa atau penerimaan negara pada 2020 pun turun dari posisi 2 setelah minyak dan gas bumi menuju hanya 35,4 miliar dolar AS atau turun 79,15 persen dibandingkan 2019 sebesar 16,9 miliar dolar AS.
"Ini yang sebut sebagai penurunan fenomenal dan butuh kebijakan yang tepat sasaran, tepat manfaat dan tepat waktu untuk parekraf ini," katanya.