Remaja Mongolia Meninggal Akibat Pes, Karantina Daerah Dilakukan
JAKARTA - Seorang laki-laki berusia 15 tahun di Mongolia Barat meninggal karena terjangkit wabah pes. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mongolia Dorj Narangerel mengatakan, pria itu meninggal setelah memakan marmut hasil buruannya.
Melansir CNN, Kamis 16 Juli, Remaja itu diketahui terkena pes setelah dilakukan tes. Dengan adanya kasus ini, Distrik Tugrug, Provinsi Gobi-Altai dikarantina selama satu pekan atau 12 Juli sampai 18 Juli. Selain itu, ada 15 orang yang diisolasi karena sudah melakukan kontak dengan remaja itu.
Adapun marmut adalah tupai tanah besar, sejenis hewan pengerat yang secara historis dikaitkan dengan wabah pes di wilayah tersebut.
Hewan pengerat adalah vektor utama penularan wabah pes dari hewan ke manusia, tetapi penyakit ini juga dapat ditularkan melalui gigitan kutu atau dari orang ke orang.
Akibat wabah ini sudah menewaskan sekitar 50 juta orang di Eropa dalam pandemi Black Death di Abad Pertengahan. Diketahui bahwa antibiotik modern dapat mencegah komplikasi dan kematian jika diberikan dengan cukup cepat.
Penyakit pes menyebabkan kelenjar getah bening membengkak yang disertai dengan demam, kedinginan, dan batuk. Mongolia telah mencatat 692 kasus wabah pes akibat marmut dari 1928 hingga 2018. Dari jumlah tersebut, 513 orang meninggal karena penyakit tersebut, setara dengan angka kematian lebih dari 74%.
Awal bulan ini, dua orang lainnya dinyatakan positif terkena penyakit pes di Provinsi Khovd, yang memicu peringatan dari para pejabat Rusia terdekat. Pejabat dari Kementerian Pertanian dan Makanan Rusia mengatakan kepada warga di daerah perbatasan untuk tidak memburu marmut atau memakan dagingnya. Mereka juga diminta untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap gigitan serangga.
Kedutaan Besar Rusia di Mongolia mengutip Sergei Diorditsu, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Mongolia, yang mengatakan provinsi tersebut melihat wabah pes musiman. Pihak berwenang di wilayah Mongolia Dalam juga sempat mengonfirmasi kasus wabah pes di Kota Bayannur, yang terletak di barat laut Beijing.
"Ada fokus wabah alami di Mongolia dan penyakit ini disebarkan oleh tarbagan (marmut Mongolia)," kata pihak Kedutaan Besar Rusia di Mongolia.
"Masalahnya adalah bahwa penduduk setempat, terlepas dari semua larangan dan rekomendasi dari pemerintah setempat, terus memburu marmut dan memakannya, karena ini adalah makanan lezat setempat."
Pada 2019, sepasang suami istri di Mongolia meninggal setelah memakan ginjal marmut mentah, memicu karantina yang membuat beberapa wisatawan terdampar di wilayah tersebut. Pekan lalu, seekor tupai di negara bagian Colorado, Amerika Serikat (AS), dinyatakan positif terkena wabah tersebut.
AS melaporkan puluhan kasus setiap tahun, menurut Pusat Pengendalian Penyakit. Dua orang meninggal di Colorado akibat wabah pes pada 2015. Wabah baru-baru ini kembali, WHO telah mengkategorikannya sebagai penyakit yang muncul kembali.