Beda dari SBY, di Era Jokowi Menkeu Sri Mulyani Dilindungi Demi Kejar Utang Rp110,45 Triliun Obligor BLBI

JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Satuan Tugas (Satgas) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) terus mengejar aset obligor atau debitur untuk peyelesaian utangnya pada negara.

Total utang yang harus dibayarkan puluhan obligor menyentuh angka hinga Rp110,45 triliun. Salah satu sosok yang berperan penting mengejar para debitur adalah Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani.

Pegiat media sosial Denny Siregar menyatakan, sejak bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menkeu Sri Mulyani tampil begitu galak dalam mengejar para pengutang ini. Berbeda di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dimana Sri Mulyani harus mengundurkan diri karena tekanan politik yang besar dari elite soal BLBI ini.

"Mungkin karena di bawa Jokowi dia merasa nyaman dan tidak mendapat tekanan politik untuk menjalankan kerjanya. Dia cerita kalau selama menjadi Menkeu di masa SBY sering mendapat tekanan dari para elite dan sepertinya ketika ditekan itu Bu Sri Mulyani tidak mendapat perlindungan dari presiden," terang Denny dalam program Timeline Cokro TV "Denny Siregar: SRI MULYANI VS ANAK-ANAK CENDANA," dikutip Senin, 13 September.

Secara politik, tegas Denny, jelas Jokowi melindungi Sri Mulyani agar lebih aman dalam medan tugas berat nan berbahaya. Apalagi untuk urusan utang BLBI yang sudah 22 tahun tak juga tuntas. 

"Kenapa berbahaya, karena mereka yang dulu dipinjami pemerintah itu sudah kaya raya, bahkan ada yang punya partai segala. Ini membuat Bu Sri Mulyani menjadi panglima perang yang ada di garis depan untuk mengembalikan uang sisa utang dengan jumlah total Rp110 triliun," terang Denny.

Salah satu yang dihadapi Sri Mulyani adalah Siti Hardiyanti Rukmana atau dikenal dengan Mbak Tutut, anak dari Presiden Soeharto yang berkuasa 32 tahun. Tutut, kata Denny, mendapat dana BLBI lewat 3 perusahannya dengan total pinjamannya hampir Rp1 triliun.

Selain Tutut, Tommy Soeharto juga tengah dikejar BLBI untuk utang BLBI dengan angka jauh lebih fantastis yakni Rp2,3 triliun.

"Uang ini dulu dipinjam Tommy lewat bank yaitu Bank Pesona Utama. Banknya aja sekarang sudah enggak ada tapi utang tetap utang dan harus ditagih. Tommy harus bayar dan dia sekarang sedang dikejar-kejar oleh Satgas BLBI untuk melunasi utang-utangnya," ucap Denny.

Menurut Denny karena kasus ini sudah berjalan kurang lebih 22 tahun maka dibutuhkan keberanian yang luar biasa besar untuk menagihnya. Dirinya mencium, gerakan aksi demo belakangan ini berhubungan dengan kesepakatan elite menjatuhkan Jokowi. 

"Karena Jokowi punya niat untuk mengembalikan uang negara itu," demikian Denny.