Masih Hancur-hancuran, Rugi Garuda Indonesia Bengkak Jadi Rp12,8 Triliun di Semester I 2021
JAKARTA - Kerugian yang dialami PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membengkak pada semester I-2021 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Nilai kerugiannya meningkat 26,09 persen pada semester I 2021.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rugi bersih maskapai nasional ini mencapai 898,65 juta dolar atau setara Rp12,82 triliun (asumsi kurs Rp14.275 per dolar). Adapun nilai kerugian tersebut membengkak dari sebelumnya 712,72 juta dolar AS atau setara Rp10,17 triliun pada enam bulan pertama tahun lalu.
"Pandemi COVID-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan, telah menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan, dan memiliki dampak buruk pada operasi dan likuiditas Grup," tulis perseroan dalam laporan keuangan yang diunggah di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, dikutip Selasa, 31 Agustus.
Bengkaknya kerugian Garuda Indonesia pada semester I 2021 ini sejalan dengan total pendapatan usaha yang sebesar 696,8 juta dolar AS, atau menurun 24,04 persen dari periode sama tahun lalu 917,28 juta dolar AS.
Omzet Garuda Indonesia mayoritas masih berasal dari penerbangan berjadwal yang totalnya 556,53 juta dolar AS atau anjlok 25,82 persen dari 750,25 juta dolar AS. Pendapatan dari penerbangan berjadwal ini terdiri dari, penerbangan penumpang dan bisnis kargo.
Pada sisi penerbangan penumpang, Garuda Indonesia hanya mencatatkan pendapatan 375,29 juta dolar AS atau anjlok 40,5 persen dari 630,77 juta dolar AS. Meski begitu, Garuda Indonesia bisa mengantongi pendapatan dari bisnis angkutan kargo dan dokumen senilai 181,24 juta dolar AS, atau meroket hingga 51,69 persen dari 119,48 juta dolar AS.
Baca juga:
- Harapan Besar Bos Garuda Indonesia: Pendapatan Bakal Melonjak saat Penerbangan Umrah Dibuka
- Alasan Erick Thohir Pangkas Jumlah Komisaris dan Direksi Garuda Indonesia: Bersih-Bersih Masalah Keuangan
- Susul Peter Gontha, Anak Gus Dur Yenny Wahid Beri Sinyal Mundur dari Garuda Indonesia: Sedih Sekali, tapi Ini Demi Efisiensi
- Siapa Peter Gontha, Komisaris Garuda Indonesia, Maskapai BUMN yang 28 Persen Sahamnya Dimiliki Konglomerat Chairul Tanjung
Sumber pendapatan lain Garuda Indonesia berasal dari penerbangan tidak berjadwal (charter). Maskapai mampu membukukan pendapatan 41,63 juta dolar AS dari charter atau mampu tumbuh signifikan hingga 93,25 persen dari 21,54 juta dolar AS.
Sementara itu, bisnis lainnya yang terdiri dari pemeliharaan dan perbaikan pesawat, pelayanan terkait penerbangan, fasilitas, jasa boga, dan lainnya mengalami penurunan. Total pendapatan lainnya 98,63 juta dolar AS atau anjlok hingga 32,2 persen dari 145,47 juta dolar AS.
Kerugian Garuda pun tercatat naik meskipun beban usaha perseroan turun pada semester I 2021. Pada paruh pertama tahun ini, beban usaha perseroan tercatat 1,38 miliar dolar AS. Angka itu turun dari sebelumnya 1,64 miliar dolar AS di periode yang sama tahun lalu.
Beban usaha Garuda tersebut terdiri dari beban operasional penerbangan; beban pemeliharaan dan perbaikan; beban umum dan administrasi; beban bandara; beban pelayanan penumpang; beban tiket, penjualan, dan promosi; beban operasional hotel; beban operasional transportasi; hingga beban operasional jaringan.