Unjuk Rasa Anti-vaksin COVID-19 Kembali Pecah di Yunani, Polisi Tembakan Gas Air Mata dan Meriam Air
JAKARTA - Polisi Yunani menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan sekelompok orang yang melemparkan suar dan benda-benda lain selama protes di pusat kota Athena pada Hari Minggu, menentang vaksinasi wajib COVID-19.
Mengutip Reuters Senin 30 Agustus, lebih dari 7.000 orang, beberapa memegang salib, berunjuk rasa di luar parlemen Yunani untuk memprotes inokulasi. Protes serupa di Athena bulan lalu juga diwarnai kekerasan.
Sekitar 5,7 juta orang dari total populasi 11 juta telah divaksinasi lengkap, dan jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar orang Yunani menyukai vaksinasi wajib untuk kelompok tertentu seperti petugas kesehatan dan staf panti jompo.
Namun, ratusan pekerja garis depan Yunani memprotes pada Hari Kamis pekan lalu terhadap rencana untuk membuat vaksinasi wajib untuk sektor perawatan pada 1 September.
Bulan lalu, Lebih dari 5.000 pengunjuk rasa anti-vaksin, beberapa dari mereka mengibarkan bendera Yunani dan salib kayu, berunjuk rasa di Athena pada hari Rabu waktu setempat, untuk menentang program vaksinasi virus corona Yunani.
Berteriak 'ambil vaksinmu dan pergi dari sini!' dan menyerukan Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis untuk mengundurkan diri, para pengunjuk rasa berkumpul di luar parlemen di bawah pengawasan ketat polisi.
Unjuk rasa tersebut merupakan aksi penolakan terbuka besar-besaran terhadap upaya vaksinasi COVID-19. Sebuah jajak pendapat baru-baru ini oleh Pulse untuk Skai TV mengungkap, sebagian besar orang Yunani mengatakan mereka akan mendapatkan vaksin, dan mayoritas mendukung vaksinasi wajib untuk beberapa segmen populasi.
Pemerintah memerintahkan vaksinasi wajib bagi petugas kesehatan dan staf panti jompo, menyusul peningkatan tajam dalam infeksi COVID-19 baru di tengah musim pariwisata yang vital.
Baca juga:
- Pertimbangkan Bantu Taliban Operasionalkan Bandara Kabul, Turki: Landasan Pacu, Menara dan Terminal Perlu Diperbaiki
- Telepon Antony Blinken: Menlu China Minta AS Hormati Afghanistan dan Bantu Perangi Terorisme, Hindari Standar Ganda
- Dulu Menolak Sambil Mengancam, Sekarang Taliban Minta Tolong Turki Kelola Bandara Kabul, Erdogan: Belum Ada Putusan
- Ungkap Operasi Berbagi Informasi Intelijen dengan Taliban, Jenderal Marinir AS: Mereka Tidak Membiarkan Teror Terjadi
"Setiap orang memiliki hak untuk memilih. Kami memilih bahwa pemerintah tidak memilih untuk kami," kata Faidon Vovolis, seorang ahli jantung, yang mempertanyakan penelitian ilmiah seputar masker wajah dan vaksin dan mengepalai gerakan 'Free Again' yang disebut protes.
Vovolis menambahkan, dia memulai kelompok itu sebagai tanggapan terhadap 'langkah-langkah keras' pemerintah, untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19.
Untuk diketahui, kasus infeksi COVID-19 tetap tinggi di Yunani, yang telah melaporkan total 581.315 kasus sejak awal pandemi tahun lalu dan 13.636 kematian. Ada 1.582 kasus baru setiap hari pada hari Minggu.