Antisipasi KRL dan Transjakarta Hadapi Pengguna Moda Transportasi yang Tiap Senin Meningkat

JAKARTA - Aktivitas warga berangsur kembali seperti semula karena sejumlah daerah telah menerapkan masa kenormalan baru di tengah pandemi COVID-19 dan PSBB transisi. Moda transportasi umum, khususnya di wilayah Jabodetabek seperti KRL dan Transjakarta, terus meningkatkan sarananya untuk menghindari penumpukan penumpang.

Berdasarkan data yang dimiliki PT Kereta Commuter Indonesia, volume pengguna KRL trennya semakin meningkat pada masa PSBB transisi dan berangsur normal seperti sebelum adanya pandemi COVID-19.

Apalagi, secara rutin, hari Senin adalah puncaknya warga mulai beraktivitas. Volume terbesar pengguna KRL biasa terjadi setiap hari Senin. Pada Senin, 8 Juni, tercatat jumlah pengguna KRL 300.029. Kemudian pada 15 Juni, jumlah pengguna KRL mencapai 342.436. Pada Senin 22 Juni, jumlahnya mencapai 356.215. 

“PT KCI memprediksi jumlah pengguna akan semakin meningkat pada Senin, dan pengguna akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam mengikuti antrean penyekatan pengguna menuju ke peron stasiun,” kata VP Corporate Communications PT KCI Anne Purba kepada wartawan, Minggu, 28 Juni.

Oleh sebab itu, mulai hari ini, PT KCI tengah mengujicobakan sistem informasi mengenai antrean di Stasiun Bogor. Bentuk informasinya adalah zona atau titik dimulainya antrean di Stasiun Bogor yang diperbarui selama jam sibuk pagi hari melalui halaman utama di aplikasi KRL Acccess, Twitter, serta Instagram @commuterline. 

Anne berharap, para pengguna KRL diharapkan dapat mengikuti informasi tersebut sebelum menuju ke stasiun. Sehingga, mereka bisa memutuskan waktu keberangkatannya maupun memilih apakah hendak menggunakan KRL atau moda transportasi lain. 

"Dengan adanya informasi mengenai antrean, pengguna diharapkan dapat mengatur kembali waktu perjalanannya di tengah tren jumlah pengguna KRL yang terus bertambah,” ungkap dia.

Lebih lanjut, informasi antrean di Stasiun Bogor ini merupakan tahap awal dan akan dilengkapi dengan stasiun-stasiun lain yang pada pagi hari menjadi titik pemberangkatan pengguna KRL.

Sebab, kondisi antrean di Stasiun Bogor juga dapat menjadi indikator kondisi antrean di Stasiun lain terutama Stasiun Cilebut hingga Citayam. 

Sementara, pada moda transportasi bus Transjakarta, PT Transportasi Jakarta tak lagi menyediakan layanan bus yang dikhususkan untuk membantu petugas medis (TRS) menjalankan tugas kesehariannya.

Sebab, bus yang dikhususkan untuk tenaga medis sejak bulan April tersebut mulai hari ini diistirahatkan untuk disiapkan kembali melayani warga. Dengan begitu, jumlah bus yang tersedia untuk menunjang aktivitas warga bisa kembali normal sehingga mengurangi kepadatan.

Pengistirahatan layanan TRS dilakukan secara bertahap melihat perkembangan situasi dan kondisi ke depannya. Untuk tahap awal, ada 4 rute TRS diistirahatkan dari 19 jumlah total keseluruhan layanan rute Tenaga Rumah Sakit. 

"Bagi para pelanggan tenaga rumah sakit yang keseharianya menggunakan layanan TRS tersebut dapat menggunakan alternatif moda transportasi umum lainnya yang sudah mulai beroperasi," kata Humas PT Transportasi Jakarta Nadia Diposanjoyo.

Adapun keempat rute yang diistirahatkan adalah TRS2 (Poris Plawad – Blok M), TRS6 (Bogor – Jatinegara RS Premiere), TRS7 (Bulak Kapal - Summarecon Bekasi - Blok M), dan TRS8 (Bekasi Timur - RSUD Tebet - Puskesmas Setiabudi).

Sementara hingga saat ini, untuk kapasitas penumpang dalam satu moda masih dibatasi. Kapasitas penumpang kereta commuterline (KRL) dibatasi hingga 40 persen, sementara Transjakarta dibatasi 50 persen.