Sri Mulyani Jelaskan Ngerinya Amerika Serikat Tangani COVID-19: Negara Besar Tidak Ada Jaminan
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa negara besar seperti Amerika Serikat (AS) tidak menjadi jaminan penanganan COVID-19 akan lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Menurut Menkeu, hal tersebut dibuktikan dengan data yang terkumpul selama ini.
“Amerika Serikat adalah negara penyumbang kasus COVID-19 terbanyak hingga hari ini,” ujarnya ketika melakukan Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR yang disiarkan secara virtual, Rabu, 25 Agustus.
Padahal, AS disebut Menkeu menjadi negara terdepan yang melakukan penelitian dan menghasilkan vaksin COVID-19 paling awal.
“Saya tekankan, negara dengan ukuran ekonomi tertinggi dan paling kaya di dunia, yaitu Amerika Serikat, penemuan vaksinnya juga paling pertama, tetapi tidak menjamin bisa mengendalikan pandemi dengan baik,” tegasnya.
Dalam pemaparannya, Menkeu menyampaikan jika kasus kumulatif COVID-19 di AS hingga hari ini mencapai 38,3 juta orang atau setara dengan 11,7 persen dari total penduduk.
Baca juga:
Kemudian, kasus harian di AS juga menjadi yang tertinggi dengan rata-rata 147.000 kasus dalam 24 jam, atau 446 orang terjangkit dari setiap 1 juta penduduk. Lalu, tingkat kematian di negara Paman Sam itu juga yang paling atas dengan akumulasi sebanyak 646.700 kasus.
“Negara tetangga kita Malaysia, itu mereka 654 orang terjangkit COVID-19 per 1 juta penduduk. Sementara Indonesia, 61 orang terinfeksi pandemi setiap 1 juta orang. Jadi kalau secara jumlah orang, terlihat Amerika tetap yang paling banyak dan juga rata-rata hariannya paling tinggi padahal mereka negara besar tetapi ini tidak menjamin untuk bisa menekan pandemi,” jelas Menkeu.
Sebagai informasi, hingga 23 Agustus 2021, jumlah kasus COVID-19 global tercatat sebanyak 213,3 juta kasus dengan rata-rata peningkatan harian sebanyak 648.000 orang.
Adapun, tingkat kematian global akibat pandemi ini telah menyentuh 4,4 juta orang dengan rata-rata dalam tujuh hari terakhir sebanyak 9.682 kasus.