Senja Sang Raja: Sinar Pudar Tarian Elvis di Panggung yang Pamungkas
JAKARTA - Hari ini, 26 Juni, 43 tahun lalu atau pada 1977, raja rock and roll, Elvis Presley menghelat konsernya untuk yang terakhir kali. Secara kasat mata, dalam konser itu Elvis memang sudah terlihat payah. Elvis tak menunjukkan kelincahan dalam "tariannya" yang terakhir.
Sekitar 18 ribu orang menyesaki gelaran konser akbar penembang lagu Jailhouse Rock tersebut. Ketika pertama kali menaiki panggung, sudah terlihat Elvis yang biasanya tampil energik, kini tampak lemah, pucat. Ekspektasi tentang Elvis yang kerap bergerak lincah dalam tarian agak pudar. Sang bintang menunjukkan tanda fisik kelebihan berat badan, kondisi yang lama dipermasalahkan oleh Elvis sendiri.
Panggung megah itu dibuka dengan nomor Also Spake Zarathustra. Terlepas dari pergerakannya, performa Elvis di awal konser masih luar biasa. Ia tampak masih dengan mudah menguasai panggung. Nada-nada tinggi di sepanjang lagu masih sangat mudah dijangkaunya.
Lagu pertama usai. Di sela-sela sebelum memasuki lagu kedua, Elvis melakukan pidato pembukaan sejenak. Sambil mengocok gitarnya, Elvis mulai membawakan lagu ke dua, See See Rider. Belum lebih dari satu menit membawakan tembangnya yang kedua, terlihat keringat mengucur deras dari kening Elvis.
Ia menyapu keringat tersebut sembari mengernyitkan keningnya. Dari situ terlihat Elvis mulai kepayahan. Kendati demikian, ia tetap berusaha tersenyum dan membuat penampilannya maksimal.
Secara keseluruhan, memang tidak ada yang aneh dengan pertunjukan pamungkasnya. Kecuali, untuk beberapa alasan ia memperkenalkan hampir semua personel band pengiringnya. Dilansir dari Liveabout.com, beberapa orang memandang aksi tak lazim itu sebagai penanda, seakan Elvis tahu ia tengah menjalani hari-hari terakhirnya.
Senja sang raja
Becky Yancey, sekretaris Elvis Presley menceritakan bagaimana rockstar yang menjadi majikannya itu menjalani hari-hari di penghujung usianya. Apa yang Yancey alami itu dituangkan dalam bukunya, My Life With Elvis.
Yancey menceritakan, di rumah Elvis di Graceland, Memphis, bermukim para ajudan, staf dan beberapa saudaranya. Dari penuturan Yancey yang dikutip majalah Tempo, dalam kesehariannya, pria yang lahir pada 8 Januari 1935 di Mississipi itu merupakan penggila pesta.
Dari banyak orang yang menghuni istana Elvis, hanya Yancey yang berani bertandang ke lantai atas, di mana ada kamar sang bintang. Di kamar, Elvis biasa tinggal seorang diri atau bersama wanita teman kencannya.
Di istananya, Elvis sering mengadakan pesta film. Kapan film akan dimulai tergantung pada kemauannya sendiri. Tak jarang tamunya menunggu dari petang, sementara film baru mulai pada pukul 01.00 tengah malam. Jika Elvis tak suka film yang diputar, pesta bahkan bisa tiba-tiba usai dalam sepuluh menit.
Selain di rumahnya, musisi sekaligus aktor ini juga sering menggelar pesta dengan menyewa klab malam. Elvis mengundang beberapa teman dan penggemarnya untuk meramaikan acara. Kalau Elvis sudah berdansa, lantai biasanya jadi bersih dari pedansa lain yang tadinya sedang asyik ajojing.
Pesta sudah menjadi bagian dari gaya hidup bintang yang semasa hidupnya memenangi tiga Penghargaan Grammy ini. Sampai pada hari ulang tahunnya yang ke 40, ada kabar santer terdengar Elvis sakit.
Tidak ada yang tahu Elvis sakit apa, kecuali dokter pribadi dan tiga orang teman terdekatnya. Ada yang mengatakan sakitnya parah karena terlalu ngoyo menjaga kurus tubuhnya yang gampang gemuk.
Dikabarkan juga, Elvis pernah menjalani operasi plastik untuk mempercantik wajah, hingga menghilangkan lemak di dagunya yang berlipat. Pasalnya, saat itu Elvis ingin sekali muncul di depan publik dengan tubuh yang sama sebagai simbol keseksian tahun 1955-an.
Di masa senjanya, Elvis menjadi sering marah. Suatu hari, penjaga rumahnya pernah terlambat membuka gerbang selama beberapa menit. Elvis kemudian menyuruh sang sopir untuk menabrak saja gerbang besi itu dengan Cadillacnya yang mewah.
Baca juga:
Malam hari, 16 Agustus 1977, Elvis ambruk di lantai kamar mandi rumahnya. Elvis yang seharusnya menggelar konser pada hari itu harus dilarikan ke Rumah Sakit Baptist Memorial.
Sampai pukul 15.30 hari itu, Elvis mengembuskan napasnya yang terakhir, tepat di usia ke-42 tahun. Elvis meninggal karena gagal jantung yang kemudian diketahui penyakit itu terjadi karena ketergantungannya terhadap obat-obatan.
Cuplikan konser terakhirnya kemudian dibuat album The Last Farewell. Sementara, lagu terakhir Elvis, He'll Have To Go direkam pada 31 Oktober 1976, di rumahnya di Graceland. Jika ada lagu terakhir yang dimainkan Elvis, itu adalah Blue Eyes Crying In The Rain. Lagu itu Elvis mainkan di rumahnya di Graceland, beberapa jam sebelum kematiannya. Sebuah lagu penutup.