Bangun Kekuatan Militer, Taliban Bakal Rekrut Tentara dan Pilot Didikan Turki, Jerman hingga Inggris
JAKARTA - Sukses mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Taliban kini tengah melakukan penataan internal. Model kepemimpinan dalam pemerintahan dan pembangunan kekuatan militer menjadi dua fokus utama.
Afghanistan mungkin diperintah oleh dewan yang berkuasa sekarang setelah Taliban mengambil alih, sementara pemimpin tertinggi gerakan militan Islam, Haibatullah Akhundzada, kemungkinan akan tetap bertanggung jawab secara keseluruhan, ujar seorang anggota senior Taliban.
Selain itu, Taliban juga akan menjangkau mantan pilot dan tentara dari angkatan bersenjata Afghanistan untuk bergabung dengan barisannya, Waheedullah Hashimi, yang memiliki akses ke pengambilan keputusan kelompok itu, menambahkan dalam sebuah wawancara.
Seberapa sukses perekrutan itu masih harus dilihat. Ribuan tentara telah dibunuh oleh gerilyawan Taliban selama 20 tahun terakhir, dan baru-baru ini kelompok itu menargetkan pilot Afghanistan yang dilatih AS karena peran penting mereka.
Tentang perekrutan tentara dan pilot yang berjuang untuk pemerintah Afghanistan yang digulingkan, Hashimi mengatakan Taliban berencana untuk membentuk pasukan nasional baru yang akan mencakup anggotanya sendiri, serta tentara pemerintah yang bersedia bergabung.
"Sebagian besar dari mereka telah mendapatkan pelatihan di Turki, Jerman dan Inggris. Jadi kami akan berbicara dengan mereka untuk kembali ke posisi mereka," terang Hashimi mengutip Reuters Kamis 19 Agustus.
"Tentu saja kami akan memiliki beberapa perubahan, untuk melakukan beberapa reformasi di ketentaraan, tetapi kami masih membutuhkan mereka dan akan memanggil mereka untuk bergabung dengan kami," sambungnya.
Hashimi mengatakan, Taliban sangat membutuhkan pilot karena mereka tidak memilikinya. Sementara, mereka telah menyita helikopter dan pesawat lain di berbagai lapangan udara Afghanistan selama penaklukan kilat, setelah pasukan asing mundur.
"Kami memiliki kontak dengan banyak pilot. Dan kami telah meminta mereka untuk datang dan bergabung, bergabung dengan saudara-saudara mereka, pemerintah mereka. Kami memanggil banyak dari mereka dan mencari nomor (orang lain) untuk memanggil mereka dan mengundang mereka ke pekerjaan mereka," paparnya.
Dia mengatakan, Taliban mengharapkan negara-negara tetangga untuk mengembalikan pesawat yang telah mendarat di wilayah mereka, mengacu pada 22 pesawat militer, 24 helikopter dan ratusan tentara Afghanistan yang melarikan diri ke Uzbekistan selama akhir pekan.
Terkait struktur kekuasaan, Hashimi menyebut akan memiliki kesamaan dengan bagaimana Afghanistan dijalankan terakhir kali Taliban berkuasa dari tahun 1996 hingga 2001. Berpegang pada cara mendiang pendiri Taliban Mullah Mohammed Omar, jalannya pemerintahan sehari-hari berada di bawah sebuah dewan.
Haibatullah Akhundzada kemungkinan akan memainkan peran di atas kepala dewan, yang akan mirip dengan presiden negara itu, Hashimi menerangkan.
"Mungkin wakilnya (Akhundzada) akan berperan sebagai 'presiden'," kata Hashimi, berbicara dalam bahasa Inggris.
Pemimpin tertinggi Taliban memiliki tiga wakil, yakni Mullah Mohammad Yaqoob, putra Mullah Omar, Sirajuddin Haqqani, pemimpin jaringan militan kuat Haqqani, dan Abdul Ghani Baradar, yang mengepalai kantor politik Taliban di Doha dan merupakan salah satu anggota pendiri kelompok tersebut.
Baca juga:
- Sebut Taliban Berubah, Pengamat: Ada Selawat saat Masuk Istana, Berunding dengan Amerika Serikat dan China
- Ashraf Ghani: Seandainya Saya Tinggal di Sana, Seorang Presiden Terpilih akan Digantung di Depan Rakyat
- Taliban Rebut Kabul hanya Dalam 11 Hari, Ketua Kepala Staf Gabungan Militer AS: Tidak Ada Dalam Informasi Intelijen
- Pernah Pimpin Perang Pasukan NATO di Afghanistan, Panglima Militer Inggris: Taliban 'Anak Desa'
Banyak masalah tentang bagaimana Taliban akan menjalankan Afghanistan belum diselesaikan, Hashimi menjelaskan, tetapi Afghanistan tidak akan menjadi negara demokrasi.
"Tidak akan ada sistem demokrasi sama sekali karena tidak memiliki basis di negara kita. Kami tidak akan membahas sistem politik seperti apa yang harus kami terapkan di Afghanistan karena sudah jelas. Ini hukum syariah dan itu saja," ungkapnya.
Hashimi menambahkan, dia akan bergabung dengan pertemuan kepemimpinan Taliban yang akan membahas masalah pemerintahan akhir pekan ini.