Wahid Foundation Inisiasi Desa Damai, Gerakan Pemberdayaan Perempuan Suarakan Perdamaian
JAKARTA - Wahid Foundation menyelenggarakan Forum Nusantara Gerakan Nasional untuk Indonesia Damai, Adil dan Setara.
Acara ini turut dihadiri Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Bintang Darmawati, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan beberapa perwakilan kepala daerah.
Dalam sambutannya, Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid mengatakan, sejak tahun 2017 pihaknya telah membangun ikhtiar bersama melalui inisiatif desa damai. Tujuannya, adalah resiliensi dari pemicu kekerasan dan keretakan sosial, yang dikedepankan para aktor-aktor perempuan
Menurutnya, resiliensi semakin penting terutama dalam situasi pandemi saat ini. Di mana sudah hampir 2 tahun semua masyarakat dunia berhadapan dengan COVID-19 dan mengoyak tatanan kehidupan.
"Kita semua diuji, seberapa kokoh daya tahan sistem ekonomi kita, sistem pelayanan kita, solidaritas sosial kita, dan psikologis individual kita. Semuanya diuji. Kohesi sosial dan solidaritas antar sesama saat ini menjadi modal yang paling kita butuhkan," ujar Yenny.
Tahun ini, lanjutnya, desa damai telah berkembang di 4 provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada awalnya hanya 9 desa yang berpartisipasi, tapi sekarang total sudah ada 14 desa atau kelurahan.
Di tengah pandemi, Wahid Foundation bersama aktor-aktor perdamaian mencoba mengambil peran agar bisa bermanfaat ditengah-tengah masyarakat. Memberikan edukasi yang tepat mengenai vaksin, bahu-membahu membantu warga yang menjalani isoman, mendistribusikan bantuan makanan sehat dan lain sebagainnya.
"Di Jogja, nama (gerakan, red) nya itu Sebisanya, kita membantu orang lain terutama warga isoman. Beberapa waktu lalu juga mengadakan vaksinasi. Kami juga berkesempatan menyalurkan bantuan ambulance ke sejumlah desa damai," ungkap puteri Presiden ke-IV RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.
Namun, kata Yenny, ujung tombak dari kesuksesan gerakan ini adalah para aktor perdamaian khususnya kelompok yang terdiri dari perempuan, pemuda, pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
"Semua bahu membahu dan komitmen kerja keras membuat kita mampu melewati pandemi ini," sambungnya.
Dalam forum Nusantara, menurut Yenny, semua bisa belajar cara mengelola keuangan, membangun usaha, hingga belajar leadership atau kepemimpinan. Karena, kata dia, semua orang punya hak dan kewajiban menjadi pemimpin minimal bagi dirinya sendiri.
"Apalagi syukur-syukur untuk orang banyak. Ketika mengajari lingkungan untuk tidak menebang pohon kita telah menjadi pemimpin. Ketika kita mengajari untuk menguatkan sistem ketahanan tubuh kita bikin jamu kita ajak tetengga melakukan itu kita sudah jadi pemimpin. Jadi yang namanya ilmu kepemimpinan bisa dipelajari oleh siapa pun. Apakah pejabat atau masyarakat biasa," paparnya.
Selain itu kata Yenny, juga diajari UMKM berbasis digital, deteksi respon dini dan macam- macam lagi ilmu lainnya.
"Di www.peacevillage.id ini para pengguna juga bisa mengakses buku-buku pelajaran desa damai. Ada panduannya disana serta menikmati galeri desa damai di laman virtualtour.peacevillage.id," terangnya.
Walau diterpa pandemi, sambung Yenny, aktor desa damai telah mampu mencapai tahapan baru bukan hanya menghimpun diri untuk mempromosikan desa damai. Tetapi mereka juga berhasil dalam membangun perlindungan dan pemberdayaan kelompok perempuan dalam merespon kasus kekerasan gender dan ekstrimisme berbasis kekerasan.
Di Sidomulyo, Malang, Jawa timur, misalnya. Di sana berhasil dibangun rumah Ayong, selain wadah bagi anak dan pemuda hingga dewasa untuk belajar, rumah Ayong juga dikelola oleh kelompok kerja yang membentuk satgas penanganan dan perlindungan pemberdayaan untuk mencegah konflik radikalisme dan kekerasan.
Baca juga:
Di Madura juga dibangun Balai Jember atau balai bahagia, didedikasikan oleh Desa Guluk-Guluk sebagai ruang diskusi dan juga bisa melapor jika ada kesulitan yang menimpa keluarga.
"Ini adalah bagian dan upaya untuk membangun mekanisme perlindungan dari kekerasan. Aktor di Sumenep membuktikan bahwa pulau Madura selama ini identik dengan kekerasan itu keliru. Tapi di sini mereka membuktikan bahwa suara pesan perdamaian, ramah, bisa dikeluarkan dari Madura," kata Yenny.
"Kita juga menyadari peran perempuan harus ditingkatkan terutama kita memberikan pelatihan, kapasitas ekonomi, sehingga perempuan bisa berdaya dalam lingkungannya. Khususnya dalam lingkungan keluarga," ujar Yenny Wahid.