Menteri Teten Ungkap UMKM yang Terhubung Digital Miliki Daya Tahan Lebih Baik
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa inisiatif pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menghubungkan bisnisnya ke ranah maya dinilai sebagai langkah cerdas agar dapat bertahan di masa pandemi. Menurut dia, upaya tersebut bisa menjadi strategi jitu dalam membentuk kegiatan usaha yang lebih berkesinambungan (sustainable).
“Kami mencatat bahwa berdasarkan survei Bank Dunia, 80 persen UMKM yang terhubung dalam ekosistem digital memiliki daya tahan yang lebih baik,” ujarnya dalam webinar Jaga UMKM Indonesia, Kamis, 5 Agustus.
Teten menambahkan, fakta tersebut juga diakui oleh ikatan pengusaha e-commerce di dalam negeri yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi digital membuat pengusaha UMKM mempunyai cakupan pasar yang tidak terbatas.
“Asosiasi ecommerce Indonesia mencatat selama pandemi terjadi kenaikan penjualan pada platform ecommerce sebesar 25 persen. Artinya, masyarakat indonesia terutama pelaku UMKM telah keluar dari zona nyaman dan beradaptasi untuk bertahan,” tutur dia.
Meski demikian, Teten tidak memungkiri terdapat sejumlah tantangan yang mesti dilewati untuk mendorong pelaku UMKM masuk ke ranah maya.
“Tantangan digitalisasi seperti kurangnya literasi digital, kapasitas produksi dan kualitas produksi, serta akses pasar menjadi pekerjaan bersama yang harus diselesaikan. Transformasi digital menjadi salah satu agenda utama pemerintah dan terus mendorong UMKM go digital,” tegasnya.
Baca juga:
Untuk diketahui, data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 61,07 persen atau senilai Rp8.573,89 triliun.
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97 persen dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4 persen dari total investasi.
Namun demikian, pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2020, telah cukup memukul keberlangsungan usaha UMKM Indonesia.
Survei yang diterbitkan Asian Development Bank pada Juli 2020 lalu menunjukkan bahwa 50 persen UMKM menutup usaha, sebanyak 88 persen usaha mikro tidak memiliki kas atau tabungan atau kehabisan pembiayaan keuangan, dan sekitar 60 persen usaha mikro mengurangi tenaga kerja.
“Pemerintah akan terus merangkul seluruh stakeholder guna menjalin sinergi untuk mendorong UMKM Indonesia berjaya lewat digital,” tutup Menteri Teten.