Pengusaha di Jawa Barat Keluhkan Mahalnya Harga PCR Tes di Indonesia: Di India Hanya Rp130 Ribu
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat mengeluhkan mahalnya harga tes COVID-19 seperti tes usap PCR untuk melacak warga yang terpapar COVID-19 di Indonesia.
"Jadi 3T atau Testing, Tracing dan Treatment ini sebenarnya bisa menjadi salah satu kunci yang sangat penting untuk dilakukan, namun demikian akses untuk melakukan testing ini masih sangat rendah. Hal ini disebabkan biaya testing yang sangat mahal," kata Ketua Apindo Jawa Barat Ning Wahyu Astutik, dikutip dari Antara, Senin 2 Agustus.
Pihaknya membandingkan harga tes usap PCR di India yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan di Indonesia. Menurut Ning, harga pengetesan swab PCR di India jika dirupiahkan hanya mencapai Rp130 ribu, sedangkan di Indonesia bisa mencapai Rp750 ribu.
"Kalau tes swab PCR saja murah maka, bagaimana dengan tes Antigen. Pasti lebih murah," kata dia.
Dia mengatakan upaya 3T bisa membuat penurunan penyebaran virus corona dan hal tersebut menjadi kunci yang amat penting harus dilakukan pemerintah dan didukung berbagai pihak.
Lebih lanjut Ning menuturkan saat harga tes COVID-19 lebih murah dan hasilnya bagus maka masyarakat mendapat kemudahan ketika ingin melakukan tes secara mandiri.
Baca juga:
- Eksklusif, Hariyadi Sukamdani: Pengusaha Hotel Seperti Pesakitan Menunggu Regu Tembak
- Pengusaha: Sebenarnya Kami Tidak Mau PPKM Darurat Diperpanjang, tapi Kita Harus Selesaikan Masalah COVID-19 Dulu
- Peringatan untuk Pabrik yang Jadi Klaster Penyebaran COVID-19, Buruh Bakal Minta Pemerintah Terapkan Sanksi
- PPKM Darurat Diperpanjang, Pengusaha Tekstil Bawa Kabar Buruk: Jumlah Pekerja Kontrak Bakal Dikurangi
"Dan saat jumlah peserta testing naik, otomatis pelacakan lebih mudah. Jadi yang terpapar ini bisa terdeteksi lebih awal, dan bisa memiliki kemungkinan lebih besar untuk disembuhkan," kata dia.
Dia mengatakan selain 3T, vaksinasi COVID-19 juga harus dipercepat kepada seluruh masyarakat dan akses kepada para pekerja khususnya harus lebih masif agar sektor perekonomian bisa bertahan di tengah himpitan dampak pandemi COVID-19.
"Dan kami mohon akses untuk karyawan atau para pekerja untuk mendapatkan vaksinasi ini bisa lebih dipermudah lagi oleh pemerintah," kata Ning.