Pembantaian Suku Asli Amerika di Balik Perobohan Patung Christopher Colombus
JAKARTA - Demonstrasi anti-rasisme masih bergulir di penjuru Amerika Serikat (AS) setelah kematian George Floyd. Beberapa aksi dilakukan dengan menghancurkan warisan perbudakan Amerika yang kelam.
Setelah beberapa warga kota di Inggris menghancurkan patung tokoh perdagangan budak, kini giliran AS yang melakukannya. Patung Christopher Columbus, tokoh kontroversial dalam sejarah AS, dihancurkan. Ada tiga laporan tentang patung-patung Christopher Columbus dirusak: satu dibuang ke danau, satu dipenggal, dan satu lagi dirubuhkan.
Columbus telah lama menjadi tokoh kontroversial dalam sejarah AS. Columbus dikenal atas perlakuannya terhadap masyarakat asli Amerika yang dia temui dan untuk perannya dalam penjajahan yang kejam.
Melansir CNN, Kamis, 11 Juni, dalam beberapa tahun terakhir, banyak kota dan negara bagian telah mengganti perayaan Hari Columbus. Hari Columbus diganti menjadi Hari Masyarakat Adat sebagai pengakuan atas rasa sakit dan teror yang disebabkan oleh Columbus dan penjelajah Eropa lainnya. Beberapa demonstran mengatakan, mereka menargetkan patung-patung Columbus untuk berdiri dalam solidaritas masyarakat asli Amerika.
Tak lagi diam
Pada Rabu, 10 Juni, sekelompok orang di Minnesota melemparkan tali di sekitar patung Columbus dan menariknya ke tanah. "Hal ini menjadi pembicaraan berkelanjutan yang telah kami lakukan selama bertahun-tahun dengan orang-orang yang menempati gedung ini (gedung DPR)," kata Mike Forcia bersama AIM of Twin Cities, sebuah kelompok advokasi penduduk asli Amerika.
Di area lainnya, yakni di Richmond, Virginia, kelompok masyarakat mengatakan bahwa mereka berkumpul di Byrd Park untuk memprotes monumen rasis lainnya. Aksi protes tersebut diawali dengan narasi bahwa Christopher Columbus adalah seorang pembunuh masyarakat asli Amerika dan menormalkan budaya genosida terhadap masyarakat yang masih ada sampai sekarang.
Demonstrasi dimulai dengan damai. Tetapi kemudian pengunjuk rasa merusak patung Columbus, merobohkannya, dan membuangnya ke sebuah danau. "Saya pikir ini hal yang fenomenal," kata Maureen Stinger, salah seorang masyarakat Virginia.
"Saya tahu beberapa orang memiliki banyak ikatan emosional dengan beberapa monumen ini, tetapi saya percaya dengan mereka yang turun ke jalan, itu adalah satu langkah yang sangat kuat menuju persatuan di dalam kota. Dan saya pikir hal tersebut bisa menjadi hal yang baik," tambah Stinger.
Sementara itu, di Boston, para pejabat memindahkan patung Columbus setelah bagian kepalanya dilepas pada Selasa malam. Patung itu, yang didirikan pada 1979, sebelumnya telah dirusak pada 2015 Saat itu perusakan patung berupa penyiraman dengan cat merah dan tulisan 'Black Lives Matter'.
"Patung ini telah mengalami perusakan berulang kali di Boston dan mengingat percakapan yang kita miliki sekarang di Kota Boston dan di seluruh negeri, kami juga akan mengambil waktu untuk menilai makna historis dari tindakan ini," kata Wali Kota Boston Marty Walsh.
Cristopher Colombus dan Perbudakan
Christopher Columbus adalah seorang penjelajah dan navigator Italia. Pada 1492, ia berlayar melintasi Samudera Atlantik, dari Spanyol di Santa Maria, bersama kapal-kapal di sampingnya, berharap menemukan rute baru ke India. Antara 1492 dan 1504, Columbus melakukan empat pelayaran ke Karibia dan Amerika Selatan. Pelayaran tersebut membuka Amerika untuk kolonisasi Eropa.
Ketika Columbus pertama kali menginjakkan kaki di Hispaniola, ia bertemu dengan penduduk asli yang disebut Taino. Kelompok tersebut sangat ramah, mereka rela berdagang perhiasan, hewan, dan persediaan dengan para pelaut.
Baca juga:
"Mereka memiliki tubuh sangat baik, dengan wajah yang sangat tampan dan wajah yang sangat baik," tulis Columbus dalam buku hariannya. "Mereka tidak membawa senjata atau mengenal dirinya ... Mereka harus menjadi pelayan yang baik."
Penduduk asli Hispaniola segera dipaksa menjadi budak dan dihukum dengan kehilangan anggota tubuh atau kematian jika mereka tidak mengumpulkan cukup emas. Akibat perlakuan brutal Eropa dan penyakit menular, dalam beberapa dekade populasi Taino hancur. Dalam waktu yang bersamaan, Christopher Columbus juga memperbudak suku Indian di area lainnya untuk orang Eropa, terutama untuk dipekerjakan di perkebunan tebu di lepas pantai barat Afrika Utara.