Peringatan dari IMF untuk Negara Berkembang: Varian Delta COVID-19 Potensial Gerus Pertumbuhan Ekonomi
JAKARTA - Lembaga moneter internasional IMF mengungkapkan jika varian Delta COVID-19 sangat mungkin menggerus pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Pasalnya, pemberlakuan restriksi lebih ketat di tengah penyebaran varian baru ini dianggap memberikan risiko kerentanan terhadap kesinambungan pemulihan ekonomi ke depan.
Dalam laporannya, IMF merevisi ke bawah pertumbuhan negara-negara berkembang yang cukup berpengaruh, diantaranya India turun 3 persen, Malaysia turun 1,8 persen, Thailand turun 0,5 persen, dan Indonesia yang diyakini turun 0,4 persen.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyebut jika Indonesia tidak memungkiri kehadiran varian Delta yang sangat menular membayangi upaya pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi.
“Kami merespon tekanan ini dengan melakukan pengetatan aktivitas atau menunda reopening dalam rangka mengendalikan lonjakan kasus yang terjadi. Langkah antisipasi lainnya yang dilakukan adalah terus memperkuat testing serta mengakselerasi vaksinasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu, 28 Juli.
Menurut Febrio, selain dari kehadiran varian Delta, perekonomian global juga perlu terus waspada terhadap kemungkinan percepatan normalisasi kebijakan moneter AS sebagai implikasi dari pemulihan ekonomi yang cepat, yang dapat mendorong pembalikan arus modal menuju negara tersebut.
“Indonesia akan terus mengambil manfaat dari prospek ekonomi global yang masih kondusif, sembari terus mewaspadai risiko-risiko yang ada,” katanya.
Baca juga:
Untuk diketahui, WHO melaporkan varian ini telah menyebar di 124 negara dan bahkan menjadi varian yang mendominasi di berbagai negara, seperti Indonesia, Inggris, Rusia, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan.
Berbeda dengan negara berkembang, IMF justru memprediksi kelompok negara maju bakal mengalami kenaikan proyeksi didukung perluasan reopening, jangkauan vaksinasi yang tinggi, serta stimulus yang masif.
Beberapa negara tersebut adalah Amerika Serikat yang pertumbuhan ekonominya dinilai akan naik 0,6 persen dari target sebelumnya. Lalu, negara-negara zona Euro naik 0,2 persen, serta Korea Selatan yang naik 0,7 persen dari asumsi dasar.
Adapun, Indonesia sendiri meyakini nilai produk domestik bruto (PDB) pada sepanjang 2021 akan dapat tumbuh di kisaran 3,7 hingga 4,5 persen.