JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebut jika penyebaran COVID-19 yang belum sepenuhnya terkendali membuat sejumlah negara diprediksi akan kembali melanjutkan kebijakan fiskal yang ekspansif guna meredam dampak pandemi.
Terlebih dengan munculnya varian delta saat ini yang membuat laju penularan lebih cepat dari sebelumnya.
“Stimulus fiskal diyakini akan tetap digunakan oleh banyak negara, terutama sejumlah negara maju dengan harapan ekspektasi pemulihan bisa dicapai,” ujarnya saat konferensi pers virtual Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat, 6 Agustus.
Menurut Menkeu, instrumen fiskal, dalam hal ini APBN, sangat penting untuk mengerek pertumbuhan yang berpotensi tertekan lebih dalam imbas dari pandemi. Untuk itu, spending pemerintah diharapkan bisa menjaga kualitas ekonomi tetap berada pada level yang terkendali.
“APBN mempunyai peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan seiring dengan berlanjutnya proses pemulihan ekonomi nasional,” tutur dia.
Menkeu menambahkan, beberapa negara di kawasan Asia dan Eropa ‘terpaksa’ melanjutkan ekspansi fiskal akibat merebaknya varian baru virus corona.
“Di tengah optimisme pemulihan, sejumlah negara kembali menghadapi penyebaran varian delta COVID-19, di antaranya Inggris, Belanda, Malaysia, Tiongkok, serta Thailand, dan ini mau tidak mau harus direspon melalui belanja negara,” katanya.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, merebaknya wabah COVID-19 di Tanah Air sejak awal tahun lalu direspon oleh pemerintah melalui penyediaan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tercatat, realisasi PEN pada 2020 adalah sekitar Rp575 triliun.
Sementara dalam APBN 2021, anggaran PEN yang semula dibujetkan sebesar Rp699 triliun, kemudian ditingkatkan menjadi Rp774,75 triliun seiring dengan merebaknya varian delta pada Juli lalu yang memuat kasus harian melaju cukup tinggi.