Bank Jago, Perusahaan Milik Konglomerat Jerry Ng dan Patrick Walujo Ini Rugi Rp47 Miliar di Semester I 2021
JAKARTA - PT Bank Jago Tbk (ARTO) masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp47 miliar pada semester I 2021, Raihan itu turun 8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat rugi Rp50,91 miliar.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam keterangan resminya, dikutip Senin 26 Juli menjelaskan, pencapaian selama semester I 2021 ini menunjukkan perusahaan telah berada di jalur yang tepat dalam mewujudkan aspirasi besar Jago sebagai bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem.
Karim mengatakan, setelah merampungkan penerbitan saham baru (rights issue) pada April 2021, bank yang sahamnya dimiliki konglomerat Jerry Ng dan Patrick Walujo serta Gojek inin terus melakukan ekspansi. Dalam kurun tiga bulan terakhir, perseroan berhasil meningkatkan penyaluran kredit dan memperluas kolaborasi dengan digital ekosistem.
Kolaborasi diwujudkan melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan peer to peer (P2P) lending, multifinance, digital ekosistem dan integrasi aplikasi dengan platform investasi Bibit serta super app Gojek.
Lebih lanjut Kharim mengatakan, pertumbuhan kredit di semester I mengerek pendapatan bunga sebesar 289 persen. Dengan beban bunga yang hanya meningkat 46 persen, Bank Jago mampu membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 423 persen menjadi Rp139 miliar.
Hal ini berdampak pada penurunan rasio cost to income dari 289 persen pada semester I 2020 menjadi 129 persen pada semester I 2021. Kondisi ini turut mendongkrak rasio net interest margin (NIM) dari 4,1 persen menjadi 5 persen pada kurun yang sama.
Baca juga:
- Bank Jago Milik Konglomerat Jerry Ng Ini Buka Suara Soal Akuisisi BFI Finance
- Bank Jago, Perusahaan Milik Konglomerat Jerry Ng Ini Rugi Rp38 Miliar di Kuartal I 2021
- Gandeng Google dan Mambu, Bank Jago Hadirkan Proses Data Perbankan di Komputasi Awan
- Hadirnya GoTo Jadi Angin Segar untuk Investor Bank jago, Perusahaan Milik Konglomerat Jerry Ng dan Patrick Walujo
Dia menjelaskan, sebagai bank teknologi yang tengah berkembang, perseroan terus mengalokasikan belanja modal untuk investasi IT, pengembangan aplikasi dan rekruitmen talenta baru. Hal ini membuat biaya operasional (operating expense) meningkat 135 persen menjadi Rp183 miliar.
Kenaikan biaya operasional ini berdampak ke perolehan laba periode semester I-2021 yang masih membukukan rugi bersih Rp 47 miliar.
"Jadi, kinerja kami belum positif karena faktor investasi. Kami menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar dan masih sejalan dengan perencanaan awal. Investasi ini tentu akan bisa dinikmati hasilnya di masa mendatang," kata Kharim.