Kisah Pasangan Nikah Darurat di India, Akankah Jadi Tren Baru?

JAKARTA - Resepsi pernikahan di India banyak yang tertunda akibat pagebluk COVID-19. Namun beberapa pasangan, menyiasatinya dengan menyulap rencana pernikahan besar, menjadi lebih sederhana dan intim. Akankah tren ini akan menjadi kenormalan baru di India? 

Kisah batalnya resepsi pernikahan megah datang dari pasangan Nitin Arora dan Chaitali Puri. Dua sejoli yang sudah menjalin hubungan sejak tahun lalu ini rencananya akan menikah pada Mei. Namun pagebluk menggeser takdir mereka. 

Mengutip BBC, rangkaian acara yang telah mereka susun mulanya lancar-lancar saja. Pada Maret lalu, mereka mengawalinya dengan pesta lamaran. Sebanyak 170 tamu undangan menghadiri pesta yang dihelat di sebuah klub mewah, di Kota Chandigarh. Bunga-bunga berwarna putih dan hijau menghiasi ruangan. Tak lupa kerlip lampu yang turut mengimbangi irama musik dansa menambah suasa semakin seru. 

"Acara itu khas Punjabi," kata Chaitali. "Minum-minuman alkohol, makanan berlimpah, musik keras dan menggila. Kami berjoget sepanjang malam, jeda hanya ada ketika si DJ pergi," katanya. 

Pesta itu masih bagian kecil dari acara utama: resepsi pernikahan. Rencananya resepsi akan digelar pada 2 Mei di sebuah resor luas yang sudah dipesan selama tiga hari. Semua acara musik, tarian dan beberapa ritual lainnya sudah dapat dibayangkan.

Ritual melintasi api suci untuk kedua mempelai dijadwalkan berlangsung di atas bukit dekat resor. Tempat itu sengaja dipilih untuk mengambil momen matahari terbenam. Sungguh terbayang betapa indahnya bukan?

Sementara itu, 450 undang sudah siap disebar. Untuk makanannya sendiri akan disediakan 10 lembar menu dengan empat gaya masakan yang berbeda. Sementara untuk memeriahkan acara musik, seorang DJ sudah dipesan untuk acara after party.

Bukan cuma itu, pakaian pernikahan berupa rok sutra berwarna merah, blus dan syal pengantin wanita dan pakaian pria yang dibuat khusus untuk pria lengkap berikut perhiasannya juga telah dipesan. 

Menjelang pernikahan

Rasa cemas mulai menghantui pasangan muda ini ketika pemerintah India mengungumkan kebijakan kuncitara pada 24 Maret. Mereka berharap pagebluk bisa segera usai. 

Namun tanda-tanda pencabutan kuncitara tak tampak sampai 15 April. Dan mereka memutuskan untuk menunda pernikahan hingga November. 

Sampai H-1 corona tak kunjung reda. Mereka mulai bimbang apakah pernikahan akan tetap dilaksanakan seadanya atau mengundurnya. 

Nitin memilih untuk maju. "Pada 1 Mei, ayahku mendapat telpon dari seorang teman yang mengatakan dia bisa membantu mengatur jam malam bagi kita untuk melakukan perjalanan dari Chandigarh ke Delhi jika aku masih ingin menikahi Chaitali pada 2 Mei, "kata Nitin masih dikutip BBC. 

Usaha menerobos Kota sempat mendapat kendala. Namun tiba-tiba sore hari tanggal 1 Mei, Nitin berhasil mengantongi izin.  

"Kami kemudian harus menemukan seorang pendeta untuk melakukan upacara. Pendeta lokal kami pertama-tama mengatakan ya, kemudian dia mengatakan tidak karena anak-anaknya khawatir terinfeksi virus. Kami akhirnya menemukan pendeta lain pada 19.30 malam," cerita Chaitali. 

Keesokan harinya, Nitin sampai di Delhi dengan orang tua dan saudaranya. Pendeta tiba pada 10.30 pagi dan pernikahan dimulai setengah jam kemudian. 

Pernikahan akhirnya berlangsung cukup sederhana namun terkesan lebih intim karena hanya dihadiri orang-orang terdekat. "Ruang tamu saya menjadi tempat pernikahan, saya mengenakan sari ibuku dan perhiasan nenek saya, foto-foto-foto diambil oleh saudara laki-laki Nitin dan kami makan siang potluck," kata Chaitali.

Total hanya 16 orang yang menghadiri pernikahan. Video telekonferensi dilakukan via aplikasi Zoom agar teman dekat dan keluarga bisa menyaksikan dari jarak jauh. Meski pasangan tersebut mengaku merasa sedih, tapi mereka tetap bersyukur.

Bukan satu-satunya

Chaitali dan Nitin bukan satu-satunya pasangan yang menikah saat pagebluk. Sukanya Venkataraman dan Shanthu Jacob Paul mengalami hal sama. 

Mereka menikah di Kantor Panitera, yang hanya disaksikan oleh ibu dari mempelai wanita dan paman serta bibi dari mempelai pria. Padahal sebelumnya mereka ingin melangsungkan resepsi di pantai Chennai dan Bangalore. Mereka setidaknya sudah memperkirakan akan mengundang 200 tamu.

"Aku selalu ingin berpakaian seperti pengantin, aku ingin mengnakan sari sutra merah tua, merapikan rambutku dan memakai hiasan henna di tanganku," kata Sukanya. Namun akhirnya ia membuat henna sendiri dan mengenakan sari putih dan emas yang diberikan Shantu dua tahun lalu. 

Panitia acara pun direkrut alakadarnya. Paman mempelai pria menjadi juru foto, sementara bibinya menyiarkan video telekonferensi lewat aplikasi Zoom agar saudara dan kerabat jauh bisa menyaksikan pernikahan mereka. 

"Aku cukup puas. Aku suka ide pernikahan yang jauh lebih pribadi, intim, tapi suamiku punya banyak penyesalan, dia punya daftar tamu," kata Sukanya.

Perancang pernikahan terkenal di India, Vandana Mohan mengatakan kepada BBC bahwa ia menyarankan agar semua acara pernikahan diundur tahun depan. "Saya telah menyarankan semua klien saya untuk memindahkan jadwal pernikahan mereka dari April ke Mei tahun depan dan mereka semua sepakat untuk menunggu," kata Mohan.

Mohan bilang ia mendapat banyak pertanyaan apakah pada akhir tahun orang-orang sudah dapat melangsungkan pernihakan atau tidak. Namun ia tetap mendorong agar para pasangan tidak merencanakan apapun sebelum pertengahan Oktober karena kebanyakan orang ingin mengundang tamu sebanyak 250 hingga 300 orang. Padahal aturan pembatasan hanya membolehkan mereka mengundang 50 orang untuk menghadiri pernikahan. 

Seperti diketahui, industri pernikahan adalah salah satu yang terbesar di negara ini. Sekitar lebih dari 10 juta pernikahan terjadi setiap tahun. Firma akuntasnsi riset KPMG memperkirakan kue sektor pernikahan mencapai lebih dari 50 miliar dollar AS. 

Sementara kuncitara telah menghantam sektor tersebut. namun hal itu diprediksi akan pulih dengan cepat karena pernikahan merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari budaya India.