Melihat Pergerakan Anonymous di Tengah Aksi Protes Terbunuhnya George Floyd

Your browser doesn’t support HTML5 audio

JAKARTA - Kampanye #BlackLivesMatter semakin bergelora di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, setiap hari ada ratusan bahkan mungkin ribuan demonstran turun ke jalan memenuhi seluruh penjuru kota. Gaung #BlackLivesMatter bergema dimana-mana. Twitter, Facebook bersama WhatsApp dan Instagram pun mendukung gerakan ini. Hal sederhana yang mereka lakukan adalah mengganti foto profil di platform media sosial masing-masing dengan logo bernuansa hitam putih.

Besarnya isu ini juga mengembalikan Anonymous yang telah lama menghilang. Banyak yang menyebut mereka ini adalah hacktivist, alias hacker activist. Menurut penjelasan metro.co.uk, mereka adalah sekelompok aktivis daring yang bertujuan utama membongkar kemunafikan dan korupsi. Pada umumnya, BBC.com menyimpulkan bahwa Anonymous adalah aktivis. Mereka hanya membidik target yang dipercaya menyalahgunakan kekuasaan.

Anonymous dipercaya tidak memiliki pemimpin ataupun struktur komando pusat, prioritas anggotanya bisa jadi berbeda-beda karena tidak ada agenda tunggal. Mereka bukan organisasi, mereka adalah sekumpulan individu yang bekerja sama karena memiliki kepercayaan dan tujuan yang sama.

Ad Akro, salah satu akun di Quora.com mengaku bahwa dirinya adalah bagian dari Anonymous. Dia mengaku mereka berpegang teguh pada slogan mereka, yaitu “We are Anonymous. We are Legion. We do not forgive. We do not forget. Expect us.” yang berarti “Kami adalah Anonymous. Kami banyak. Kami tidak memaafkan. Kami tidak melupakan. Nantikan kami”

Rentetan penangkapan atas anggota mereka menjadi salah satu alasan memudarnya pamor kelompok ini beberapa tahun terakhir. Mereka tidak bisa dikatakan menghilang sepenuhnya karena mereka digerakkan oleh individu yang terpisah. Dilansir dari Forbes.com, kini mereka terafiliasi lebih longgar supaya mempersulit badan penegak hukum untuk melacak jaringan individu. Mungkin lebih tepat bila dikatakan pergerakan mereka belakangan ini tidak semasif apa yang dulu mereka lakukan dan yang sekarang sedang kembali mereka kerjakan.

Mereka menggemparkan dunia maya mulai tanggal 28 Mei lalu, tiga hari setelah tewasnya George Floyd, sebuah video diunggah ke akun Facebook yang berafiliasi dengan Anonymous. Dua hari setelah video itu beredar, situs web MPD offline sementara selama akhir pekan kemarin. Di saat bersamaan, hal ini juga terjadi pada situs web kota Minneapolis.

Anonymous tidak mengklaim melakukan serangan itu. Bisa saja memang bukan anggota Anonymous yang melakukan peretasan itu, tapi dia bisa berpura-pura menjadi anggota gadungan dan membuat serangan ini terlihat seperti dilakukan di bawah nama Anonymous. 

Selain itu, bagian dari situs web PBB, tepatnya United Nations Civil Society Participation juga nampaknya diretas. Isi website itu dibuah menjadi ucapan “Rest in Power, George Floyd” lengkap dengan foto George dan logo Anonymous.

Selanjutnya, ada beberapa video yang beredar di Twitter menunjukkan frekuensi radio kepolisian Chicago memutarkan lagu “Fuck The Police” milik N.W.A. Publik berasumsi hal ini dilakukan oleh Anonymous juga. Namun para ahli meragukan bila peretasan benar terjadi, bisa saja video itu buatan para demonstran.

Anonymous juga mengungkit tuduhan lama atas Donald Trump, Ivanka Trump, Naomi Campbell, dan masih banyak lagi – yang kabarnya berhubungan dengan Jeffrey Epstein, terdakwa kasus perdagangan seks anak di bawah umur yang terjadi di Florida dan New York. Mereka membagikan Jeffry Epstein "little black book" yang berisi kontak seluruh koneksi Jeffry, serta dokumen yang berkaitan dengan kasus ini dan sudah terverifikasi asli. Semua tergabung dalam tagar #OpDeathEaters.

Tagar itu juga menaungi kabar bahwa Anonymous membongkar kasus pembunuhan Princess Diana yang dilakukan oleh The Royal Family karena dia memiliki video pernyataan bahwa terdapat andil mereka dalam kasus perdagangan seks anak di bawah umur.

Jagat maya menunggu-nunggu aksi Anonymous selanjutnya. Keberadaan mereka tidak diketahui, tapi publik percaya mereka tahu banyak hal. Namun, apakah serangan ini betul-betul akan membuat para pihak yang bersalah jera? Bisakah ancaman ini membuat segalanya berakhir baik?

Siniar VOI kali ini akan membahas tentang pergerakan Anonymous beberapa hari terakhir ini. Silakan tekan tombol dengarkan dan biarkan kami yang bercerita untuk Anda.