Ketika Edmund Hillary dan Tenzing Norgay Memenangi Persaingan Manusia Puncaki Everest
JAKARTA - Tepat pukul 11.30 hari ini, 29 Mei, 67 tahun lalu atau pada 1953, Edmund Hillary, asal Selandia Baru dan Tenzing Norgay asal Nepal, jadi penjelajah pertama yang menaklukkan puncak gunung tertinggi di dunia, Everest. Bagaimana kisah perjuangan dua pendaki ini berhasil mencapai salah satu puncak gunung paling berbahaya tersebut?
Gunung yang memiliki ketinggian 8.848 meter atau 29.029 kaki di atas permukaan laut ini terletak di wilayah perbatasan anatara Nepal dan Tibet. Orang-orang Tibet menyebut gunung ini dengan Chomo Lungma yang artinya Dewi Tanah.
Sementara, orang-orang Inggris menamai gunung itu dengan nama seorang surveior abad 19, Sir George Everest. Medan Puncak Everest sulit ditaklukkan. Selain karena suhunya yang sangat dingin, namun juga kadar oksigen yang begitu rendah, hingga cuaca yang tidak bisa ditebak.
Mengutip History, upaya menaklukkan puncak Everest sudah dilakukan sejak 1921 oleh penjelajah Inggris. Saat itu mereka sudah berjalan sejauh 400 mil melintasi dataran tinggi Tibet hingga ke kaki gunung.
Namun, badai yang mengamuk memaksa mereka membatalkan pendakian. Kendati demikian, salah seorang pendaki, George Leigh Mallory berhasil membuka rute yang memungkinkan untuk didaki.
Satu tahun kemudian, Mallory mencoba peruntungannya kembali bersama George Finch dan Geoffrey Bruce. Mereka berhasil mencapai ketinggian 27.000 kaki. Namun malapetaka terjadi, setidaknya tujuh orang Sherpa (sebutan pemandu pendaki Gunung Everest) tewas tertimbun longsoran salju.
Lalu, pada 1925, ekspedisi ketiga dari Inggris dilanjutkan. Pendaki Edward Norton berhasil mencapai lebih tinggi dari pendakian kedua yakni 28.128 kaki tanpa menggunakan oksigen buatan. Tinggal 900 kaki lagi untuk mencapai daratan tertinggi di Bumi.
Empat hari kemudian, Mallory dan Andrew Irvine memaksakan pendakian menuju puncak dan tidak pernah kembali lagi. Keduanya tewas. Pada tahun 1999, jasad Mallory yang sebagian masih utuh ditemukan di Everest. Apakah ia atau Irvine telah mencapai puncak atau tidak masih menjadi misteri.
Inggris kembali melakukan ekspedisi pada 1950 dan 1951, setelah perang dunia II usai. Perjalanan yang ditempuh lewat rute tenggara, Ridge tak juga berbuah hasil. Setahun kemudian, penjelajah dari Swiss Raymond Lambertt dipandu Tenzing Norgay nyaris sampai puncak dengan ketinggian 28.210 kaki. Namun, mereka harus kembali karena kurangnya perbekalan.
Memulai ekspedisi besar-besaran
Terkejut dengan keberhasilan ekspedisi Swiss, Inggris tak mau kalah. Mereka menggelar ekspedisi besar-besaran pada 1953 di bawah komando Kolonel John Hunt.
Selain menyiapkan perbekalan lengkap seperti sepatu bot dan pakaian khusus, peralatan radio portabel, peralatan oksigen, dan menyiapkan Sherpa berpengalaman seperti Tenzing Norgay, ekspedisi ini juga menjaring pendaki andal dari negara-negara Persemakmuran Inggris. Dari situlah terpilih pendaki dari Selandia Baru George Lowe dan Edmund Hillary.
Pada Mei, ekspedisi besar ini dimulai. Sebuah jalan baru dibuat melewati Khumbu Icefall. Pada 26 Mei, Chales Evans dan Tom Bourillon mulai mendaki puncaknya dan mencapai jarak tinggal 300 kaki lagi sebelum benar-benar sampai. Namun mereka harus kembali karena salah satu alat oksigen mereka tidak berfungsi.
Baca juga:
Pada 28 Mei, giliran Tenzing dan Hillary yang mencoba peruntungan. Mereka tidak langsung menerobos dan memanjat puncak, melainkan mendirikan tenda dahulu di ketinggian 27.900 kaki. Setelah bermalam, mereka berjalan pelan-pelan dan mencapai puncak selatan pada pukul 9 pagi.
Mereka terus melanjutkan pendakian. Sambil melangkah, Hillary menggoyang-goyangkan wajahnya untuk menghela nafas --teknik ini kemudian dikenal sebagai "Langkah Hillary". Ia melempar tali dan Norgay mengikuti di belakangnya. Sekitar pukul 11 lebih 30 menit, akhirnya para pendaki tiba di puncak dunia.
Berita kesuksesan itu mulai disampaikan lewat pos radio di Namche Bazar dan kemudian dikirim ke London. Segera, Ratu Elizabeth II mengetahui pencapaian tersebut menjelang hari penobatannya pada 1 Juni. Keesokan harinya berita itu menyebar ke seluruh dunia dan dikenang hingga hari ini.